Ibu-ibu Asuh Taruna, Memberi Tak Harap Kembali

[ABC-RADIOAUSTRALIA] – Inilah kisah perjalanan  ibu-ibu asuh di Desa Taruna, Cibubur, Jakarta, tempat di mana ratusan anak yatim piatu bernaung di bawah organisasi internasional Yayasan SOS dari Austria. Kisah para ibu pengasuh di desa tersebut beragam. Mulai dari ancaman pembunuhan pernah dilalui, sampai memilih tak menikah untuk rela bekerja buat kemanusiaan sebagai ibu asuh.

“Saya pertama kali datang dikerjain anak-anak,” cerita Mariatun, “Saya disuruh tidur di gudang. Intinya mereka tidak mau ibu baru masuk di sini.”

Peristiwa tadi terjadi lebih dari 15 tahun silam saat untuk pertama kalinya Mariatun melangkah masuk ke dalam rumah asuh di Desa Taruna, SOS, Cibubur Jakarta Timur. Dia pada awalnya diperlakukan buruk oleh sebelas anak yang tinggal di situ.

Mariatun masih mengingat dengan jelas salah satu peristiwa dengan bekas anak asuhnya Wulandari yang masih duduk di bangku SMP.

“Dia sempat membawa pisau dapur untuk menghadang saya. Tapi saya tetap berdiri. Saya bilang, silahkan bunuh. Paling ibu mati, kalau kamu nanti masuk penjara,” ungkap Mariatun.

Kini, menurut Mariatun, dari puluhan bekas anak asuhnya yang sudah lepas dari pengasuhan, hanya Wulandari yang paling sering mengunjunginya ke Desa Taruna bersama keluarganya.

Total sejak 1995, Mariatun sudah pernah mengasuh 25 anak di tempat itu. Mereka dirawatnya sejak kecil dari umur satu tahun sampai mandiri. Anak-anak itu berasal dari berbagai daerah di Indonesia, kebanyakan dari mereka tak pernah kenal dengan orang tuanya lagi.

Sebelum di Desa Taruna, Mariatun selepas lulus kuliah juga pernah menjadi ibu Asuh di Salatiga, Jawa Tengah.

“Tapi sebelum masuk sini saya sempat masuk di yayasan sosial juga. Di Magelang pernah, di Salatiga pernah. Saya cocok di sini. Biasanya di tempat lain satu tahun atau tiga tahun. Di sini 15 tahun,” katanya.

Dia tak pernah ragu atas pilihannya menjadi ibu asuh. Dia memilih total bekerja membangun kemanusiaan untuk anak-anak yang tidak lahir dari rahimnya.

Memberi Hidup Sepenuhnya

Mariatun memutuskan untuk tak menikah demi menyatu dengan anak asuhnya dan bertahan meninggalkan masa depan yang pernah dibangun saat kuliah dulu.

“Pada saat jenuh saya ingin keluar. Saya ingin ke pendidikan saja. Jadi guru, mengajar. Tapi begitu lihat anak-anak saya kasihan. Siapa yang mau dampingi mereka. Kalau jodoh ‘kan ya saya baik aja. Keluarga juga mendukung,” katanya lagi.

Di Desa Taruna yang dibangun oleh sebuah lembaga asal Austria, SOS, bukan cuma ada Mariatun, tapi ada lima belas ibu asuh lainnya. Setiap ibu bertanggung jawab atas satu rumah dan mengasuh anak anak yang tinggal dengan tabiat yang aneka ragam. Keras, bengal, pendiam, pemalu sampai penurut.

untitledAnak-anak yang tinggal di rumah pengasuhan jumlahnya variatif, ada yang hanya lima orang sampai sebelas orang seperti yang diasuh Mariatun.

Selain Mariatun, pengasuh lainnnya adalah Kandida  Kasiati asal Yogyakarta, seorang  ibu yang berusia 60 tahun, dan biasa dipanggi sebagai ibu Kandi.

Kandida sudah menjadi ibu asuh di Desa Taruna selama 26 tahun. Sebelumnya dia juga bekerja di panti asuhan lainnya. Itu artinya sudah 33 atau hampir separuh hidupnya dia luangkan bekerja untuk kemanusiaan sebagai ibu asuh.

Harus Tinggalkan Anak Sendiri

Pilihannya menjadi ibu asuh tidak mudah, karena dia juga mesti memilih meninggalkan dua anaknya di kampung.

“Suami saya itu, menikah lagi dengan orang lain. Saya maunya sekalli menikah untuk seumur hidup. Tapi ya sudah. Saya ingin bekerja untuk menghidupi anak saya. Saya pernah bekerja macam- macam. Akhirnya saya terdampar di sini. Aku ingin mengasuh mereka seperti anakku sendiri,” kata Ibu Kandi.

Motivasinya menjadi ibu asuh sebelumnya memang karena membutuhkan uang buat menghidupi anak-anak kandungnya. Tapi lama-kelamaan dia pun menyatu dengan anak asuhnya.

Itulah kenapa Ibu Kandi pernah terpukul kala dua anak kembar yang diasuhnya diambil keluarga orangtua kandung mereka. Ini terjadi pada pertengahan periode 80an.

“Itu saya asuh dari usia 7 bulan. Setahun umur 2 tahun 3 bulan, tiba-tiba diambil. Saya stress. Saya ambil cuti hanya untuk lihat mereka.”

Kini mereka tak pernah bertemu lagi sejak Ibu Kandi kedatangan anak asuh baru yang mesti mendapat perlakuan sama berbagi kasih sayang.

Mereka pekerja kemanusiaan yang jarang diperhitungkan. Kisah ini hanya bercerita tentang sedikit dari mereka yang berada di Desa Taruna. Lembaga SOS memiliki beberapa komunitas serupa di berbagai daerah lain, antara lain  Bandung, Bali, dan Flores. Jumlah mereka yang besar mungkin kecil artinya bagi kebanyakan, namun yang pasti mereka adalah berkah besar bagi anak-anak terlantar di seluruh Indonesia.

Belum lagi dengan ribuan ibu asuh lainnya yang bekerja untuk kasih sayang. :: ABC-RadioAustralia/jan2014

http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2014-01-23/para-ibu-tangguh-di-desa-taruna-cibubur/1251212

Leave a Reply