Siti Musdah Mulia Raih Yap Thiam Hien Award 2008

[TEMPO Interaktif] ~ Dewan juri Yap Thiam Hien Award memutuskan Siti Musdah Mulia sebagai tokoh yang berhak menerima penghargaan tersebut. Siti dinilai sebagai tokoh perempuan pejuang hak asasi manusia yang pantang menyerah dalam memperjuangkan representasi keIslaman yang teduh, dialogis dan inklusif.

“Siti Musdah Mulia adalah tokoh perempuan yang cerdas, berani dan gigih memperjuangakan pluralisme, hak-hak perempuan dalam Islam, civil liberties dan kesetaraan hak-hak konstitusional setiap warga negara dalam demokrasi Indonesia,” kata Wakil Yap Thiam Hien Award sekaligus juri, Todung Mulya Lubis, saat konferensi pers di Hotel Le Meridien Jakarta, 4 Desember 2008.

Dewan Juri, lanjut Todung juga memuji pemikiran-pemikiran Siti yang menjembatani kondisi kekinian. “Misalnya soal undang-undang pornografi, Siti menolak peraturan tersebut karena maraknya kekerasan mengatasnamakan agama dan keyakinan tertentu, premanisme berkedok agama seakan mendapatkan justifikasi dari undang-undang ini,” ujarnya. “Bahkan dia berjuang jauh sebelum undang-undang itu disahkan”.

Siti Musda Mulia juga pernah membuat draf tandingan untuk Kompilasi Hukum Islam. Draf tersebut syarat dengan kesetaraan dan keadilan gender. Sayangnya draf itu kemudian dibatalkan. Dan Siti selaku Tim Pengarusutamaan gender Departemen Agama yang menyusun draf tersebut dilarang pemerintah untuk menyebarluaskan gagasannya.

Dosen program pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini menolak tunduk. Menurutnya agama memang harus memecahkan masalah-masalah kontemporer yang dihadapi manusia.

Panitia penyelenggara dari Imparsial, Rachland Nashidik, mengatakan bahwa proses penentuan peraih penghargaan ini berlangsung dalam tiga tahap. Tahap rekomendasi tokoh dari masyarakat, individu, lembaga swadaya masyarakat dan lain-lain. Pemilihan delapan individu dilanjutkan dengan riset terhadapnya dan tahap terakhir adalah penentuan oleh dewan juri. “Juri yang menentukan sangat independen, tak ada muatan atau kepentingan apa pun dalam penentuan penerima penghargaan,” ujarnya.

Penghargaan Yap Thiam Hien Award sempat vakum sejak 2005. “Kendala soal pendanaan, namun sekarang sudah ada donatur yang mau memberikan donasinya,” ujar Rachland. Donatur ini, lanjutnya, dijamin independen dan kredibel.

Penghargaan Yap Thiam Hien (bahasa Inggris: Yap Thiam Hien Award) adalah sebuah penghargaan yang diberikan oleh Yayasan Pusat Studi Hak Asasi Manusia kepada orang-orang yang berjasa besar dalam upaya penegakan hak asasi manusia di Indonesia. Nama penghargaan ini diambil dari nama pengacara Indonesia keturunan Tionghoa dan pejuang hak asasi manusia Yap Thiam Hien. Penghargaan ini umumnya diberikan setiap tahun pada tanggal 10 Desember sejak tahun 1992. Namum karena alasan kurangnya dana, Yayasan meniadakan pemberian penghargaan untuk tahun 2005.

Daftar orang-orang yang mendapatkan penghargaan Yap Thiam Hien

  1. 1992Haji Muhidin, Jhony Simanjuntak dan H.J.C. Princen
  2. 1993Marsinah
  3. 1994Trimoelja D. Soerjadi
  4. 1995 — Jenggawah dan Ade Rostina Sitompul
  5. 1996Sandyawan Sumardi S.J
  6. 1997 — (tidak ada penyerahan penghargaan)
  7. 1998Kontras dan Farida Hariyani
  8. 1999Sarah Lery Mboeik dan Mama Yosepha Alomang
  9. 2000 — The Urban Poor Consortium
  10. 2001Suraiya Kamaruzaman dan Ester Jusuf Purba
  11. 2002Widji Thukul
  12. 2003Maria Hartiningsih
  13. 2004Maria Catarina Sumarsih


sumber-sumber >> TEMPOinteraktif/Titis Setianingtyas + Wikipedia +bp1.blogger.com

Leave a Reply