Di Balik Laskar Pelangi: Mira Lesmana, The Producer

Oleh RATNA IRINA

[FIMELA.COM] ~ Salah satu dari kreator Musikal Laskar Pelangi, Mira Lesmana, membagi cerita tentang musikal pertamanya.

FIMELA. com (F): Saat ini banyak yang bikin musikal. Alasan membuatnya kenapa?

Mira Lesmana (M): Kalau kita lihat dulu sekitar tahun 80an, Harry Roesly bikin musikal Rock Opera. Nggak lama setelah itu nyaris semua SMA punya musikal. Sepertinya halnya dengan film, begitu muncul film dengan tema A, semuanya bikin tema itu. Entah kenapa seperti ada gerakan dimana para kreator itu berpikir untuk membuat sesuatu yang lain tetapi datangnya pada saat yang bersamaan. Memang pertunjukan musikal akhir-akhir ini seperti beruntun. Tapi kalau dipikir, persiapan setiap pertunjukan itu cukup panjang, lho. Jadi untuk dibilang ikut-ikutan rasanya nggak mungkin, ya.

Saya penggemar musikal dari jaman SMA. Pertama kali nonton musikal dulu Nicholas Nickleby di Australia. Lama pertunjukannya 4 jam tapi nggak bikin bosan sama sekali. Dan semenjak itu saya nggak pernah ketinggalan nonton musikal. Balik ke Jakarta dan mulai kuliah agak susah untuk terus nonton mengingat keuangan yang pas-pasan. Baru waktu udah kerja dan punya penghasilan sendiri, dan kalau saya lagi liburan ke New York atau London, pasti nonton Broadway atau West End. Sekarang kalau ada pertunjukan yang dekat seperti di Singapura dan keuangan memungkinkan, pasti saya berangkat.

Karena suka, jadinya membayangkan betapa menyenangkannya kalau bisa bikin musikal. Tapi rasanya aplikasi sedikit susah karena nggak ada tempat yang tepat untuk pertunjukan di Jakarta ini. Waktu film Laskar Pelangi di-release, ada beberapa pihak yang menawarkan untuk dijadikan musikal dan ditayangkan di TV(!). Karena nggak cocok dengan konsep itu, jadinya saya tolak. Dan akhirnya Jay Subijakto dan Toto Arto mengajak untuk bikin musikal Laskar Pelangi.

F : Langsung menyambut ajakan itu, dong?

M : Pertanyaan pertama saya adalah venue-nya di mana? Jay dan Toto bilang Theater Besar akan diresmikan sebentar lagi. Jadi di awal tahun 2010 kita datang ke kantor Pemprov DKI (percaya atau nggak, Theater Besar belum punya manajemen) untuk booking akhir tahun 2010. Kemudian kita cek kelengkapan Theater Besar, cukup memadai walaupun ada kekurangan sana sini. Seperti sayap panggung kiri kanan kurang lebar. Dan beberapa alat yang geraknya nggak begitu lancar. Orchestra pit juga sebenarnya ada, tapi entah kenapa ditutup (!). Akhirnya kita bongkar dengan biaya sendiri. Pokoknya kita mencoba memaksimalkan semua yang ada di Theater Besar.

F : Kendala terbesar?

M : Mengatur atau manage begitu banyak manusia dalam waktu yang cukup lama. Dan nekatnya kita (tim Laskar Pelangi), baru pertama kali bikin musikal, tapi menggunakan hampir 150 pemain dan musisi. Dan nekatnya lagi, karena kita kerja bersama Jay Subiakto pastinya set nggak bisa simpel. Jadi stage crew-nya juga banyak sekali. Total orang yang terlibat di proyek ini kurang lebih 300 orang. Dan karena banyak anak-anak yang jadi cast, pastinya kita juga ngurusin mereka termasuk orang tuanya juga. Jadi kita berusaha mengatur semuanya pelan-pelan sekaligus belajar juga. Pastinya mengalami masa-masa seperti kecapean, terus semangat lagi dan begitu seterusnya. Untungnya kita didukung sama orang-orang yang udah biasa kerja bikin teater, sehingga udah biasa menghadapi hal-hal tersebut.

“Erwin Gutawa ngasih julukan buat saya, libretis…”

F : Dengar-dengar Mira yang bikin lirik lagu-lagu di musikal Laskar Pelangi?

M : Iya. Erwin Gutawa ngasih julukan buat saya, libretis (penulis libreto, lirik lagu). Riri Riza menyuruh saya untuk bikin skenario musikal Laskar Pelangi termasuk menulis lirik lagu-lagunya. Tadinya saya nggak yakin bisa bikin sendiri, soalnya kan beda formatnya dengan film. Ternyata setelah bikin draft pertama saya baru sadar menulis liriknya nggak bisa belakangan, jadi harus berbarengan. Setelah satu bulan saya menulis skenario draft pertama termasuk dengan lirik lagunya, langsung saya kasih Riri Riza dan Jay. Dan mereka langsung approve.

F : Next plan?

M : Mungkin kembali ke layar lebar dulu dengan harapan musikal Laskar Pelangi bisa rerun di kota-kota lain di Indonesia.

F : Harapan untuk pertunjukan Laskar Pelangi ini?

M : Isi dari musikal Laskar Pelangi ini bagus sekali. Nggak cuma membahas soal pendidikan dan inspiratif, tapi cerita Laskar Pelangi ini sangat menyentuh. Dan menurut saya, cerita yang menyentuh ketika dikemas dalam bentuk musikal, akan bisa lebih menyentuh lagi. Semoga penonton juga bisa tersentuh. Dan kapan lagi bisa menikmati Indonesia di atas panggung?
fimela.com/27des2010
SEKILAS MIRA LESMANA
Jajaran pembuat Musikal Laskar Pelangi, 2010.
sumber foto >> lovelytoday.com

Kepiawaian Mira Lesmana dalam memproduksi berbagai jenis film tidak perlu dipertanyakan lagi. Ia berhasil membangun rumah produksi MILES Productions (1995) dan menelurkan film serial dokumenter ANAK SERIBU PULAU yang sukses di tahun 1996. Namanya pun mulai diakui sebagai pembuat film setelah berkolaborasi dengan Riri Riza, Nan T. Achnas dan Rizal Mantovani dalam pembuatan film KULDESAK di tahun 1998.

Duabelas tahun kemudian Mira telah masuk jajaran produser film unggulan Indonesia atas keberhasilannya memproduksi tak kurang dari sebelas judul film layar lebar, masing-masing dengan karakter tersendiri. Mulai dari yang sukses besar di box office, sampai yang menjadi sasaran kajian para kritikus film; dari film feature beranggaran kecil sampai produksi film epik besar-besaran. Kisah LASKAR PELANGI yang diangkat dari tetralogi novel bestseller karya Andrea Hirata ‘diterjemahkanya’ ke dalam bentuk layar lebar akhir tahun 2008 dan berhasil memecahkan rekor film Indonesia dengan jumlah penonton bioskop terbanyak di Indonesia, yaitu 4,6 juta penonton.

Tak hanya di tanah air, film ini juga diminati pecinta film di berbagai penjuru dunia, hingga ditayangkan di lebih dari 20 festival film internasional di 5 benua, bahkan berhasil meraih beberapa penghargaan bergengsi, seperti Audience Award dari 11th Udine Far East International Film Festival di Italia, Golden Butterfly Award for Best Feature Film by International Jury of Children and Young Adults dari 23rd International Children & Young Adults Film Festival di Hamedan-Iran, dan Best Picture Award dari Asia Pacific Film Festival 2009 di Taiwan.

Setahun kemudian Mira mengangkat kisah lanjutan tetralogi tersebut, SANG PEMIMPI, yang menjadi film pembuka Jakarta International Film Festival 2009. Seperti film sebelumnya, SANG PEMIMPI tak hanya mampu menarik hati masyarakat Indonesia, tapi juga diundang tayang keliling dunia, bahkan ikut mengharumkan nama bangsa karena dinilai istimewa, hingga dianugerahi beberapa penghargaan, seperti Audience Award dari festival film internasional bergengsi 12th Udine Far East Film Festival di Italia tahun 2010 dan Best Film by the Spanish Youth Jury Award dari Festival Internacional de Cine para la Infancia y la Juventud festival (FICI), sebuah film anak dan remaja internasional di Madrid, Spanyol, juga di tahun 2010.

Mengakhiri tahun 2010, sosok produser bertangan dingin ini memutuskan untuk kembali membuat gebrakan, kali ini dengan menggelar pertunjukkan musikal mengangkat kisah Laskar Pelangi! Tanpa tanggung-tanggung Mira memusatkan konsentrasinya di tahun 2010 untuk mempersiapkan pertunjukkan musikal yang masih terbilang baru di Indonesia. Mira, yang juga menulis lirik lagu di dalam musikal ini, tak lupa merangkul seniman papan atas nasional untuk bekerja bersama merangkum kisah Laskar Pelangi menjadi seni pertunjukkan multi dimensi, melebur musik, dialog, gerak tari, dan estetika panggung menjadi satu kesatuan cerita yang memukau, hanya dalam … MUSIKAL LASKAR PELANGI!

http://www.musikallaskarpelangi.com

Leave a Reply