Lima Sosok Insipratif Raih Indonesian Women of Change Awards 2013

(kiri-ke-kanan) Dinny Jusuf, Veronica Colondam, Duta Besar AS Scott Marciel, Mayor Ratih Pusparini, Dr Tri Mumpuni, dan Baihajar Tualeka pada Malam Anugerah Indonesian Women of Change, 7 Maret 2013, di Jakarta.
(kiri-ke-kanan) Dinny Jusuf, Veronica Colondam, Duta Besar AS Scott Marciel, Mayor Ratih Pusparini, Dr Tri Mumpuni, dan Baihajar Tualeka pada Malam Anugerah Indonesian Women of Change, 7 Maret 2013, di Jakarta.

[KEDUBES-AS] – Pada 6 Maret, Duta Besar AS Scot Marciel menjamu lebih dari 200 undangan di pusat kebudayaan AS @america pada acara tahunan “Indonesian Women of Change Awards” yang baru pertama kali digelar. Dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional, acara ini khusus digelar untuk menghormati lima perempuan luar biasa Indonesia yang telah memberikan sumbangsih terhadap hubungan AS-Indonesia. Kelima perempuan tersebut telah mencapai prestasi dalam bidangnya masing-masing dan menjadi inspirasi bagi yang lain untuk menjadi agen perubahan. Moderator acara ini adalah pembawa acara MetroTV Fifi Aleyda Yahya, sosok perempuan yang menjadi inspirasi dengan caranya sendiri.

Masing-masing dari kelima pemenang mewakili area-area yang berbeda dalam kerjasama Kemitraan Komprehensif AS-Indonesia, yaitu: demokrasi, masyarakat madani, investasi dan perdagangan, perubahan iklim dan lingkungan, keamanan, dan pendidikan. Mereka adalah: Baiharja Tualeka, aktivis dari Ambon yang berjuang untuk meningkatkan kualitas hidup para pengungsi dalam lingkungan paska-konflik; Dinny Jusuf, yang menggunakan pendanaan mikro untuk membantu para pengrajin menciptakan hasil karya mereka dan menjualnya ke luar negeri; Tri Mumpuni, seorang ahli teknik yang selama 22 tahun telah berjuang untuk mendatangkan listrik ke daerah-daerah pedesaan di Indonesia dengan menggunakan sumber-sumber daya alam yang dapat diperbarui dan bukan bahan bakar fosil; Mayor Ratih Pusparini, perwira militer wanita yang mempertaruhkan jiwanya dalam menjalankan tugas-tugasnya, termasuk juga sebagai anggota Pasukan Interim PBB di Lebanon; dan Veronica Colondam, seorang aktivis dan wirausahawati sosial yang mendapatkan penghargaan berkat usahanya selama beberapa dekade memberikan pemahaman pada para kaum muda di seluruh Indonesia tentang bahaya penyakit HIV dan penyalahgunaan narkoba. 

Kelima pemenang tersebut mendapatkan kesempatan untuk berdiskusi tentang pengalaman-pengalaman mereka dan bagaimana mereka terinspirasi untuk membuat perubahan di lingkungan mereka. Acara malam itu ditutup dengan pembacaan “Surat-Surat Ibu Kartini,” sebuah koleksi surat-surat yang ditulis oleh sang pahlawan dan pelopor persamaan hak wanita Indonesia oleh Lola Amaria.

Di bawah ini adalah biografi dari para penerima penghargaan Indonesian Women of Change Awards:

Baihajar Tualeka adalah Direktur LAPPAN (Lembaga Perempuan dan Pemberdayaan Anak). LAPPAN didirikan pada tahun 2002 dengan tujuan untuk mengubah sikap-sikap yang mengarah pada kekerasan di daerah asalnya, Ambon. LAPPAN memfasilitasi pendidikan dan diskusi antara komunitas Islam dan Kristen di wilayah tersebut untuk meningkatkan perdamaian. LAPPAN melakukan upaya pemulihan pasca-konflik di Maluku melalui pendidikan dan konseling guna memperbaiki kehidupan anak-anak di tempat-tempat pengungsian. Saat ini, Baihajar Tualeka diakui dan dihormati secara luas sebagai salah satu aktivis perdamaian terkemuka di Maluku. (Demokrasi dan Masyarakat Madani).

Dinny Jusuf adalah Pendiri dan CEO dari Toraja Melo, sebuah perusahaan sosial dengan  model bisnisnya yang berdasarkan pada prinsip-prinsip Komunitas, Kualitas dan Kepedulian. Didirikan pada tahun 2008, perusahaan ini menyediakan mata pencaharian yang lebih baik untuk lebih dari 150 perempuan di sebuah desa terpencil di Sulawesi Tengah. Dengan latar belakang di bidang perbankan, hak-hak perempuan dan keuangan mikro, Dinny Jusuf mendirikan Toraja Melo sebagai produsen tas wanita, sepatu, pakaian dan tekstil berkualitas. Dinny berharap dapat membawa esensi budaya Toraja kepada para pelanggan sekaligus mengangkat martabat perempuan dan menggalakkan pemberdayaan bagi perempuan di pedesaan Sulawesi Tengah melalui suatu bentuk baru kerajinan tradisional yang tadinya sempat terlupakan.  (Perdagangan dan Investasi)

Dr Tri Mumpuni adalah Pendiri dan CEO dari IBEKA (Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan) yang memanfaatkan teknologi sumber daya alam yang dapat diperbaharui (terutama MHP), sebagai cara untuk membangun pedesaan. Dari pembangkit listrik bertenaga air, IBEKA menggunakan model pendekatan yang unik karena IBEKA tidak membangun fasilitas kemudian melatih orang-orang untuk menjalankannya, namun pertama kali,  mereka mencari dukungan dari masyarakat sekitar dengan membangun fasilitas untuk melatih penduduk setempat melakukan pemeliharaan sebelum mulai dibangunnya sebuah fasilitas. Pendapatan yang dihasilkan dari kesepakatan dikembalikan ke desa sebagai dana pengembangan masyarakat, yang digunakan untuk pendidikan, kesehatan dan usaha masyarakat lainnya yang berkelanjutan. (Perubahan iklim dan Lingkungan)

Mayor Ratih Pusparini adalah seorang Angkatan Udara Indonesia yang berperan mendorong partisipasi perempuan yang lebih besar dalam misi perdamaian internasional dan mempererat kerjasama dalam menangani tantangan keamanan non-tradisional seperti manajemen dan respon terhadap bencana. Dia telah dianjurkan oleh menjadi contoh bentuk partisipasi perempuan dalam operasi perdamaian internasional sejak tahun 2008 ketika ia menawarkan diri untuk bergabung dengan Misi PBB di Republik Demokratik Kongo. Pada bulan April 2012, dia dipilih secara khusus oleh Mabes TNI untuk bergabung dengan Pasukan Interim PBB di Suriah. Hingga kini, Mayor Ratih terus menjadi contoh peranan aktif perempuan di bidangnya yang dengan sukarela menjadi penjaga perdamaian. Saat ini, dia bertugas sebagai Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon. (Keamanan)

Veronica Colondam adalah Pendiri dan CEO YCAB (Yayasan Cinta Anak Bangsa), yang telah melatih ratusan ribu pemuda nasional sebagai upaya untuk memerangi masalah penyalahgunaan narkoba di kalangan anak-anak jalanan, anak-anak yang kurang beruntung dan anak-anak dari lingkungan miskin serta daerah kumuh di kota-kota besar Indonesia. Sebagai wirausahawan sosial, Veronica mendedikasikan bakat, energi, sumber dayanya untuk mempromosikan dan mengkampanyekan gaya hidup sehat pada banyak sekolah di kota-kota besar Indonesia guna memerangi masalah penyalahgunaan narkoba. YCAB juga mendirikan rumah belajar yang melatih anak-anak menjadi pekerja terampil dengan tingkat pendidikan yang layak, sehingga dapat mencegah mereka dari penggunaan narkoba. :: BeritaDariKedubesAS/07mar2013

http://indonesian.jakarta.usembassy.gov/news/embnews_07032013.html

 

Leave a Reply