buku :: Profil Perempuan Pengarang dan Penulis Indonesia oleh Kurniawan Junaedhie

Resensi oleh  Adek Alwi

[KOMPASIANA] –  Buku adalah jejak bagi penulis, dan juga zamannya. Lewat buku kita tahu manusia itu, si penulis itu, (pernah) ada dia, hidup, berkarya di dunia yang sedap indah namun fana ini. Melalui buku pula kita mengenal corak serta semangat suatu zaman.

Dan untuk manusia Indonesia masa datang, jejak para perempuan Indonesia dari awal abad lalu (1900-an) hingga zaman kita sekarang yang mengekspresikan pemikirannya, renungan, perasaannya melalui buku atau tulisan, niscaya dapat menelusurnya di buku “Profil Perempuan Pengarang & Penulis Indonesia” (Kosa Kata Kita, Jakarta, April 2012). Selanjutnya terserah mereka. Mau lebih jauh belajar kenal dengan isi serta rupa jejak karya perempuan tempo doeloe itu, akan mereka baca buku-buku bersangkutan. Tidak, sedikit-banyak mereka sudah tahu pendahulu mereka beserta karyanya -dan ini dapat menginspirasi, juga menerbitkan rasa bangga sebagai warga bangsa yang satu.

Jadi, “Profil Perempuan Pengarang & Penulis Indonesia” karya Kurniawan Junaedhie ini, yang tak pelak menambah jejak KJ pula selaku manusia penulis dan, (pernah) ada di dunia, tak sebatas menampilkan profil perempuan Indonesia yang mengekspresikan diri melalui tulisan. Buku ini pun mengenalkan tulisan mereka, buku-buku mereka; sebagaimana laiknya sebuah leksikon.

Dan bak lazimnya leksikon, maka “Profil Perempuan Pengarang & Penulis Indonesia” dengan sendirinya tak saja berguna untuk manusia Indonesia masa datang atau mereka yang hidup setelah kurun masa kita. Buku ini juga kita perlukan untuk menelusur para perempuan Indonesia yang menulis, sekaligus karya-karyanya. Dan kebutuhan kita itu lebih terasa lagi saat populasi manusia Indonesia kian banyak seperti dewasa ini. Atau di tengah kecenderungan ganjil yang kini melanda bangsa kita, wabilkhusus sejumlah kaum intelektual atau mereka yang berpendidikan pun berkedudukan baik.

Kecenderungan ganjil dimaksud: banyak orang Indonesia kini (lelaki perempuan sama saja) lebih suka heboh cuap-cuap daripada menuangkan pemikiran secara terstruktur lewat tulisan atau buku. Situasi ini membuat kita bak kembali ke masa nenek moyang ratusan atau ribuan tahu lalu tatkala mereka belum mengenal aksara serta hidup dalam budaya lisan.

Itulah ironi bangsa kita kini. Sudah berpuluh-puluh tahun merdeka, memunyai ribuan sekolah/perguruan tinggi dan melahirkan ribuan orang terdidik setiap tahun, fasih pula berjas serta berdasi, ke mana-mana juga sudah naik oto dan kapal terbang dan tak naik kuda pun pedati lagi macam nenek moyang; tetapi kita bak tak cakap jua merumuskan pikiran dalam rupa yang selaras dengan semangat zaman, sekaligus awet tahan lama, yaitu buku atau tulisan.

Maka saat membaca “Profil Perempuan Pengarang & Penulis Indonesia” Kurniawan Junaedhie ini rada terbujuk jua risau hati. Girang dan lapang jua pikiran dan perasaan. Sebab, relatif banyak (penulisnya menyebut angka lebih 800 orang) kaum perempuan Indonesia tercatat mengekspresikan pemikiran-perasaannya melalui buku atau tulisan. Dari perempuan Indonesia masa lalu yang sudah jauh bagai guru, sastrawati, sekaligus wartawati Saadah Alim, yang lahir di penghujung abad ke-19, di tahun 1897 -sewaktu orang belum dapat mengetahui yang terjadi di belahan dunia lain (katakanlah Eropa) pada waktu bersamaan, ataupun bercakap langsung dengan manusia di sana. Terus ke perempuan masa sekarang, pada zaman hidup kita ini, seperti Sri Izzati yang kelahiran tahun 1995, atau Sartika Sari yang lahir tahun 1992 -tatkala teknologi begitu canggih sehingga kita dapat berbincang dengan anak yang lagi tugas ke Amerika, atau sembari leha-leha makan kacang goreng di rumah, nonton sepakbola dalam waktu bersamaan dengan mereka yang memenuhi stadion di Spanyol atau Brazilia.

Apa tidak menggirangkan itu manusia Indonesia terutama kaum perempuannya? Apa itu tak melahirkan harapan, sekaligus menyadarkan, bahwa kita sungguh tidak benar-benar kembali ke zaman nenek moyang meski banyak orang kini hobi omong doang.

Dan, buku ini, lain pula dengan leksikon yang sebelumnya telah ada seperti “Leksikon Kesusasteraan Indonesia Modern” Pamusuk Eneste atau “Leksikon Sastra” Suhendra Yusuf yang terbit tahun 1995, maupun yang disusun Korrie Layun Rampan; tak hanya menerakan profil perempuan pengarang/penulis sastra belaka. Lebih luas cakupannya: ya penulis/pengarang buku kuliner, ya politik, ya ekonomi, ya sosiologi, ya gerakan perempuan.. Sehingga jumpa pulalah kita umpamanya dengan profil Ani Widyani Soetjipto, dosen Hubungan Internasional FISIP UI yang antara lain menulis “Politik Perempuan Bukan Gerhana”; atau profil Evi Rine Hartuti, penulis buku “Ensiklopedi Matematika” dan “Dunia Matematika Kelas 1 SD”; Kusumadewi, yang menulis buku “Perawatan dan Tata Rias Wanita Usia 40+”; ataupun Sisca Soewitomo yang sudah menulis berpuluh-puluh buku soal resep makanan, seperti “Resep Sarapan Pagi Paling Gampang”.

Siapa lagi? Amat banyak lagi. Bukan tidak mungkin profil Anda pun ada di buku ini, jika Anda seorang perempuan dan menulis, lebih khusus jika sudah pula menerbitkan buku. Karena, Tamara Geraldine yang dikenal sebagai selebriti itu pun ada, sebab dia toh menerbitkan kumpulan cerpen “Kamu Sadar, Saya Punya Alasan untuk Selingkuh Kan Sayang?” (Alamak!). Begitu pula Angelina Sondakh yang tidak kalah ngetop dan rupawan, yang menulis buku bertajuk “Kecantikan, Bukan Modal Utama Saya”.

Singkat kata, buku “Profil Perempuan Pengarang & Penulis Indonesia” memang amat luas cakupannya, tak sebatas pengarang atau penulis sastra belaka. Jadi, mungkin pula karena cakupannya yang amat luas itu, juga waktu penyusunannya yang mungkin pula agak bergegas, sehingga tak ganjil bila kita pun bersua hal yang kiranya rada meleset di dalamnya. Misalnya soal tahun kelahiran perempuan yang diprofilkan, seperti Riza Rahmi, wartawati Tabloid “Jum’atan Gema Baiturrahman” serta situs berita “Aceh Economic Review”, pernah meraih Juara I Lomba Menulis Esei Aceh Institute tahun 2006; disebut bahwa tokoh kita ini kelahiran 31 Juli 1998. Jika tahun kelahiran Riza tak meleset alias pas sudah, sungguh luar biasa nona ini, masih 14 tahun usianya telah berprestasi demikian!

Lainnya, tak jumpa kita di buku ini profil Astrid S Susanto, ahli komunikasi kita yang sohor itu, serta sejarawan Paramita R Abdurachman yang kelahiran 1920, juga Dewi Fortuna Anwar, atau antropolog Zulyani Hidayah yang menulis “Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia” terbitan LP3ES, dan sejumlah nama lain.

Betul, itulah retak gading buku ini. Namun bak gading pula, sementara retaknya yang tentu akan “digosok” di cetakan ke-2, dalam kilaunya sekarang banyak yang bisa kita peroleh. Ya, itu tadi: profil serta jejak karya perempuan Indonesia yang menuangkan pemikirannya melalui buku dan tulisan, dari tempo doeloe yang jauh sampai ke zaman kita sekarang. Dan sebagai manusia Indonesia kita pun jadinya turut bangga, sekaligus merasa mendapat sesuatu yang berharga mengenal profil serta karya para perempuan yang terdapat di buku setebal 338 halaman + xvi ini. :: KOMPASIANA/jun2012

http://media.kompasiana.com/buku/2012/06/13/profil-perempuan-pengarang-penulis-indonesia-464277.html

Leave a Reply