Keprihatinan Nila Tanzil Buka Mata Anak-anak Flores

 

Girangnya anak-anak Taman Bacaan Pelangi diajak piknik.

TUPPERWARE + TAMANBACAANPELANGI] – Perempuan muda ini tergerak untuk membuka jendela pengetahuan bagi anak-anak di di Flores setelah melihat sendiri betapa memprihatinkannya sarana pendidikan di sana. Ia pun membuka Taman Bacaan Pelangi yang ia persembahkan bagi para insan penerus bangsa di Flores. Kontribusinya untuk mencerahkan wawasan anak-anak ini menjadi inspirasi yang patut kita teladani.

Semuanya berawal ketika Nila Tanzil, pendiri Taman Bacaan Pelangi, bekerja sebagai Communication Consultant pada sebuah lembaga konservasi lingkungan hidup dan pariwisata di daerah Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur. Nila banyak menghabiskan waktu bersama masyarakat Flores dan mengaku terkesan oleh mereka, terutama anak-anak setempat.

Ia merasa iba melihat anak-anak yang memiliki sarana minim untuk mengasah wawasan dan ilmu pengetahuan. Ia pun terdorong untuk membantu anak-anak tersebut dan membangun kebiasaaan membaca yang dapat membuka jendela wawasan dan mengembangkan ilmu pengetahuan anak-anak Flores.

Nila pun membangun taman bacaan yang berisi aneka buku-buku koleksinya serta teman-teman dekatnya. Melihat besarnya antusiasme anak-anak Flores untuk membaca, Nila pun lantas berinisiatif mengumpulkan donasi agar dapat memperbanyak koleksi buku di taman bacaannya tersebut agar anak-anak Flores semakin tercerahkan dan teredukasi.

Hingga bulan Mei 2012, dirinya telah membuka sebanyak 17 Taman Bacaan Pelangi di Flores. Di antaranya terletak  di Pulau Rinca dan Pulau Papagarang, dua pulau yang terletak di dalam kawasan Taman Nasional Komodo. Wilayah ini merupakan salah satu tujuan wisata di Indonesia dengan panorama alam yang indahnya tak terlukiskan.

Pada Taman Bacaan Pelangi terdapat 11 relawan yang membantu jalannya operasional terutama selama Nila berada di Jakarta. Bersama para relawan, Nila mengaku mengalami begitu banyak pengalaman berkesan.

Contohnya, saat suatu kali Nila menitipkan buku di dalam satu peti kepada seorang nelayan yang diperuntukkan bagi anak-anak di sekitar pantai. Ketika Nila kembali ke Flores, ia justru mendapat keluhan dari anak-anak karena tidak bisa membaca buku yang diberikan tersebut.

Setelah Nila melakukan kroscek ternyata sang nelayan takut apabila buku itu rusak ketika dibaca oleh anak-anak. “Buku-buku itu lebih baik rusak karena dibaca dari pada rusak karena dimakan rayap,” jelas Nila kepada para nelayan.

Oleh sebab itu, Nila kini lebih mengutamakan pendekatan pada para guru untuk menjadi relawan di Taman Bacaan Pelangi karena guru tentunya lebih memahami makna buku sebagai sarana pendidikan.

Taman Bacaan Pelangi menyebut dirinya sebagai suatu  kegiatan sosial wadah nirlaba  yang bertujuan menyediakan perpustakaan di wilayah-wilayah Indonesia bagian timur yang terpencil. Dalam pelaksanaannya,  taman bacaan ini menggalang dan membina minat baca anak-anak melalui buku-buku yang baik. Kegiatan ini dinilai teramat penting artinya bagi pendidikan seorang anak dan dapat membuka lebar-lebar wawasan sekaligus peluangnya. Dengan belajar, Taman Bacaan Pelangi  mendorong anak-anak setempat untuk mengejar cita-cita,  mengasah kemampuan demi kemajuan lingkungan masyarakat, keluar dari lingkaran kemiskinan dan membangun nilai-nilai dasar kehidupan damai.

Nila berencana untuk membuka lebih banyak Taman Bacaan Pelangi di wilayah Indonesia bagian timur lainnya, seperti Papua dan Sulawesi, karena baginya kualitas pendidikan serta minat belajar masyarakat di kawasan Indonesia bagian timur sangatlah memprihatinkan.

http://tamanbacaanpelangi.com

Leave a Reply