Di Luar Dugaan, Maria Kristin Yulianti Raih Medali Perunggu Olimpiade 2008

Maria Kristin Yulianti dan medali perunggu Olimpiade 2008
Maria Kristin Yulianti dan medali perunggu.

Non-unggulan Maria Kristin Yulianti (23 tahun) merebut medali perunggu pada putaran bulutangkis tunggal puteri di Olimpiade 2008 dengan mengalahkan unggulan ketiga Cina, Lu La, dalam pertandingan tiga set. Kalah pada set pertama, Yulianti secara mengagumkan bangkit pada set kedua dengan menundukkan lawannya 11-21, 21-13, 21-15 pada hari Sabtu, 16 Agustus 2008. Kemenangan Yulianti menjadi sumbangan medali pertama kepada tim bulutangkis Indonesia, sebelum pasangan ganda putera Markis Kido/Hendra Setiawan merebut medali emas dengan menaklukkan Cina di final pada hari yang sama. Direbutnya perunggu oleh Indonesia memupuskan harapan Cina untuk memborong semua medali tunggal puteri cabang bulutangkis. Yulianti bukan pemain unggulan karena masih duduk di peringkat-21 dunia, sementara lawannya Lu La adalah pemain unggulan yang berada di peringkat-3. Bagi Yulianti kemenangannya samasekali di luar dugaan dirinya sendiri.

Dia mengakui kepada media, bahwa pada awalnya dia mengira dirinya suatu saat bakal gugur di turnamen bulutangkis Olimpiade, mengingat saingan-saingannya yang begitu kuat. Namun semangatnya memuncak ketika ia harus berhadapan dengan Lu La untuk memperebutkan medali perunggu. Yulianti menciptakan strategi, “yaitu membuatnya letih, walau hari ini dia main agresif, saya tetap pegang strategi sampai akhir.” Lu La pada kesempatan terpisah mengakui bahwa lawannya dari Indonesia bermain sangat konsisten dari awal hingga akhir. Ini merupakan kemenangan Olimpiade pertama bagi pemain bulutangkis tunggal puteri Indonesia sejak Mia Audina dan Susi Susanti masing-masing memenangkan medali perak dan medali perunggu di Olimpiade 1996 yang diselenggarakan di Atlanta, AS. [sumber: www.chinaview.cn]

Biodata: Maria Kristin Yulianti lahir di Tuban [Jawa Timur], 2 Juni 1985. Tahun 2005 ia tampil sebagai juara baik di Jakarta Satellite Challenge maupun di Surabaya Satellite Challenge. Tahun 2006 ia kembali menjuarai Surabaya Satellite Challenge dan mencatat prestasinya yang pertama di luar negeri dengan menjuarai Singapore Satellite Challenge. Di akhir tahun 2007 ia terpilih masuk ke dalam tim Indonesia di BWF World Championships yang diselenggarakan di Kuala Lumpur, Malaysia, namun tersandung oleh pemain Cina pada babak penyisihan. Dari turnamen itu, ia bersama tim Indonesia melanjutkan ke SEA Games yang diadakan di Thailand dan ia membantu kubu Indonesia memenangkan medali emas untuk pertandingan beregu. Di ajang yang sama, ia merebut medali emas untuk tunggal puteri setelah menaklukkan Adriyanti Firdasari pada ‘all Indonesian final’.

Leave a Reply