Guru SD Bantu Warga Desa Melek Huruf Agar Kuat Suara

bahrul_02-horzBahrul Ulumiyah Suheb adalah seorang guru yang sehari-hari tekun mengajar murid-muridnya belajar membaca dan menulis. Yang istimewa, semua muridnya perempuan dan mereka semua dewasa. Seperti anak kecil, para perempuan dewasa ini belajar mengurut abjad, mengeja kata-kata sederhana, dan pelan-pelan menuliskannya. Dengan sabar dan tekun Bahrul Suheb mendampingi perempuan-perempuan desa mengatasi butahuruf, suatu kendala besar bagi kemampuan perempuan untuk mengakses informasi dan mencerdaskan diri.

Di daerah tempat Bahrul tinggal, ada ribuan orang dewasa yang butahuruf, dan 60 persen adalah perempuan. Pekerjaan utamanya sehari-hari adalah seorang guru sekolah dasar, namun di waktu luang ia menjadi seorang relawan di cabang Koalisi Perempuan Indonesia [KPI] di Tuban. Lembaga pemberdayaan perempuan tersebut aktif menjalankan beberapa kegiatan, salah satunya adalah pengentasan butahuruf di kalangan perempuan. Bahrul memilih untuk memberikan waktu dan tenaganya di kegiatan ini.

Bahrul mengatakan, bahwa pada tahun 2008 terdapat empat kelompok yang didampinginya, dengan jumlah total sekitar 40 peserta. Ia sangat menikmati kegiatan relawannya ini, dan yang paling menyenangkan hatinya adalah apabila menyaksikan seorang perempuan usia lanjut masih bersemangat belajar membaca. “Satu kata saja,” ujarnya, sudah menggembirakan hatinya. Seringkali peserta yang berusia lanjut membawa cucu-cucunya ke kelas. “Saya sangat menyukai program ini karena, sebagai seorang guru, saya dapat menyumbangkan ketrampilan saya dan kegiatannya sesuai dengan latarbelakang saya,” kata Bahrul. “Bisa membantu mereka mengeja, satu demi satu dari abjad, adalah sesuatu yang menyenangkan hati saya.”

Selain aktif mendampingi perempuan tuna-aksara, Bahrul Suheb juga berperanserta di kelompok-kelompok perempuan KPI yang menghimpun total sekitar 200 perempuan. Kelompok-kelompok perempuan ini menjadi wahana untuk membantu perempuan mendapatkan akses akan informasi, yang menurut Bahrul penting dalam membangun suara perempuan di Indonesia.

bahrul_03Tanpa melek huruf, perempuan tidak akan bisa menerima informasi secara mandiri. Apa yang Bahrul lakukan dalam mengakhiri butahuruf di kalangan perempuan desa menjadi kunci yang sangat menentukan. Berkat jasanya ini, Bahrul Suheb terpilih menjadi peserta Indonesia pada workshop Global Women In Management yang diselenggarakan CEPDA [Center for Development and Population Activities] pada bulan Juli 2008 di Washington DC, AS, dan dihadiri 25 peserta antar negara.

Kegiatan-Kegiatan Kecil yang Besar Tujuannya

Kelompok-kelompok perempuan tersebut mengadakan kegiatan rutin secara bergilir dari rumah ke rumah anggota. Selain bersama memprakarsai kegiatan simpan-pinjam, juga berbagi berita penting, bersama belajar ketrampilan, dan sekali-sekali mengadakan undian berhadiah kecil-kecilan. Menurut Bahrul, contoh dari salah satu kegiatan kelompok adalah membagikan informasi tentang pemilihan gubernur dan bersama menambah wawasan tentang bagaimana memilih calon terbaik dengan visi terbaik.

Bahrul memberikan waktu menjadi relawan di malam hari dan di akhir pekan dengan didukung sepenuhnya oleh keluarga. Ia datang dari keluarga petani dan memiliki tujuh saudara kandung. Dari profesinya sebagai seorang guru, Bahrul dapat mencukupi sendiri kebutuhannya, bahkan mampu membiayai sendiri biaya perguruan tinggi yang ditempuhnya.

Ia mengungkapkan kenyataan bahwa pada rapat-rapat desa yang hadir hampir semua lelaki. Perempuan desa tidak terwakili, katanya. Apa yang disebutnya sebagai ‘monopoli lelaki’ inilah yang ingin ia ubah melalui kegiatan relawannya. Dengan membantu mendampingi perempuan mempunyai wawasan yang mengimbangi wawasan kaum lelaki, mereka akan mampu untuk memberi gagasan-gagasan. Menurutnya, Koalisi Perempuan Indonesia cabang Tuban setiap tahun menyelenggarakan pelatihan gender untuk para mahasiswa, ibu rumahtangga dan perempuan tani guna meningkatkan wawasan mereka tentang kesetaraan gender. Banyak kegiatan yang ingin dilakukan oleh Bahrul dan teman-temannya dari KPI, namun seringkali terbatasi oleh kesediaan dana.

Untunglah, berkat relawan-relawan sosial seperti Bahrul, lembaga-lembaga pemberdayaan perempuan seperti Koalisi Perempuan Indonesia berhasil mencapai kemajuan-kemajuan yang besar bagi kaum perempuan.

dirangkum dari sumber >> http://www.cedpa.org/content/news/detail/1989

 

 

Leave a Reply