Kalung-gelang Sumiati Untai Manis Ratusan Tenaga Kerja

Hj. Sumiati
Hj. Sumiati

Pada akhir tahun 2007, Hj. Sumiati menerima penghargaan sebagai Juara Pertama Pembina Tenaga Kerja Wanita Terbaik dari Presiden RI Susilo Bambang Yodoyono. Prestasi ini tentu tidak mudah diraihnya; perlu perjuangan tiada henti. Berawal dari hobi membuat kerajinan kalung dan gelang, akhirnya menjadi usaha dan mampu mempekerjakan ratusan karyawan.

Putri pasangan H. Nurwahid (alm.) dan Asmawati ini sejak remaja menyukai seni desain. Hobinya membuat kerajinan gelang dan kalung dengan menguntai kerang dan mutiara berhasil menghasilkan kreativitas yang selalu segar. Di masa itu, di daerah asalnya Madura, kerajinan kerang dan mutiara belum mengundang banyak peminat. Namun kenyataan itu tidak mengurangi semangatnya untuk terus mencari celah untuk menciptakan sesuatu yang unik dari kerang dan mutiara.

“Pada tahun 1979 saya memberanikan diri datang ke Bali seorang diri. Saya banyak mendengar kerajinan Bali begitu indah dan sangat terkenal. Terbesit keinginan saya untuk belajar dan mencari pengalaman di Bali,” ujar perempuan kelahiran Madura, 21 Juli 1963 ini.

Dengan bermodalkan perhiasan emas bekal dari orangtuanya, Sumiati mencoba mengadu nasib di Kuta, pusat wisata paling ramai di Pulau Dewata. Walau usianya saat itu baru menginjak 20 tahun, dan belum memiliki pengalaman usaha yang memadai, Sumiati yakin ia mampu menembus pasar setempat.

Langkah awal yang diambilnya adalah menyewa sebuah kios di Pasar Seni Kuta. “Saya menjual anting, gelang dan kalung berbahan kerang yang saya desain sendiri. Melihat prospeknya yang lumayan bagus, saya pun kemudian memberanikan diri mengajak karyawan lima orang,” tuturnya.

Pintu Terbuka Ke Pasar Mancanegara

Nasib baik berpihak padanya. Seorang wisatawan asal Amerika Serikat yang mengunjungi kiosnya begitu terkesan oleh kreasi Sumiati sampai akhirnya ia memborong 3000 pasang gelang. Dari obrolan langsung dengan tamunya itu, Sumiati kian yakin usaha kerajinannya akan laris.

Jumlah pedagang kerajinan di Pasar Seni Kuta pada awal tahun 1980an itu belumlah sebanyak sekarang. Ia dengan demikian beruntung ‘menang start’ dalam meraih kepercayaan pembeli dari luarnegeri. Warga Amerika itu menjadi langganan, setiap tiga bulan datang ke kiosnya untuk membeli 5.000 pasang kalung. Ini berjalan tetap sampai pada suatu saat harus ambil keputusan untuk memperbesar kemampuan produksinya supaya lebih gesit memenuhi pesanan.

Pada tanggal 6 Agustus 1991, ia membentuk badan usaha CV Sumiati dengan memperbesar jumlah tenaga kerja menjadi 12 orang. Produksi utamanya adalah gelang, kalung dan anting-anting yang terbuat dari manik-manik, ditambah dengan berbagai bentuk kreasi suvenir dari kulit kerang dan kulit mutiara.

Berkat kesungguhannya dan ketekunanannya, dari tahun ke tahun pesanan terus meningkat. Terbuka peluang bagi dirinya untuk memperluas wawasan usahanya sehingga pada bulan Februari 1997 bdan usahanya diubah menjadi PT Sumiati Ekspor Internasional. Badan usahanya ini waktu itu mampu menampung hingga 850 orang karyawan.

“Sampai saat ini, kerajinan yang kami produksi hampir 95% materialnya merupakan hasil sumber alam dalam negeri, hanya 5% yang impor. Hasil produksi dijual 100% ke luar negeri, antara lain ke Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Spanyol, Polandia, Prancis, Italia, New Zealand, Thailand dan Kanada,” ujarnya.

Pada perkembangannya hingga penghujung tahun 1990an, Sumiati telah meragamkan hasil produksinya dengan aneka benda kerajinan dari bahan baku keramik, lilin, kayu dan kaca.

Kenyamanan Kerja Karyawan Kunci Keberhasilan

Bersama adiknya, Saehol Arifin, yang menjabat wakil direktris, Hj. Sumiati mengaku punya kiat pribadi untuk tetap eksis di tengah maraknya persaingan. Ia konsisten mempertahankan kualitas terbaik pada segala sisi produksi sambil mengimbanginya dengan manajemen yang efektif ke dalam maupun ke luar.

“Bagaimana menciptakan standar tempat kerja yang nyaman bagi karyawan, termasuk menjamin kebersihan, kesehatan, dan keselamatan kerja, sangat saya perhatikan. Pelayanan kepada karyawan yang baik juga meliputi jam kerja, gaji, cuti, jaminan kesehatan dan kematian,” ujar Sumiati.

Tak mengherankan banyak karyawannya memiliki masa kerja yang lama di perusahaannya, karena mereka merasa betah. Belum lagi untuk meningkatkan wawasan dan keterampilan semua karyawan, Sumiati menyediakan pelatihan penggunaan komputer dan internet. Seiring dengan itu, Sumiati selalu memantau perkembangan di pasar dan lapangan agar mampu mengambil keputusan yang relevan setiap saat.  Pada hitungan di akhir tahun 2007, Sumiati mempekerjakan 523 orang karyawan, 391 perempuan dan 132 laki-laki.

Bukan hanya memperhatikan karyawan, kepada masyarakat pun Sumiati mempunyai perhatian nyata. Bhakti sosial merupakan bagian yang menyatu dengan jati PT Sumiati Ekspor Internasional. Setiap tahun perusahaan ini menyediakan beasiswa bagi murid-murid tak mampu, akses pendidikan bagi anak-anak yatim-piatu, mendukung program-program bagi penyandang cacat, menyumbang maupun meneruskan sumbangan bagi para korban gempa Yogyakarta, serta menyelenggarakan kegiatan bagi-ilmu dengan para pemasoknya tentang bagaimana meningkatkan kinerja perusahaan.

Sumbangan nyata yang diberikan perusahaan Sumiati dalam menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat setempat mendatangkan pengakuan pertama dari Pemerintah pada tahun 2006, ketika ia meraih Juara II Pembina Tenaga Kerja Wanita Terbaik 2006. Pada tahun berikutnya, berkat kemajuan lebih lanjut yang dicapai perusahaannya dalam membina tenaga kerja, ia akhirnya tampil sebagai Juara Pertama Pembina Tenaga Kerja Wanita Terbaik Nasional. Penghargaan secara langsung diserahkan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono di Gedung Sasongko Wiguna, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta.

Selain aktif sebagai anggota Apindo (Asosiasi Pengusaha Indonesia) sejak tahun 2001, PT Sumiati Ekspor Internasional sedang dalam proses menjadi anggota International Fair Trade Association. Asosiasi ini beranggotakan 150 perusahaan perdagangan di seluruh dunia. Untuk mencapai target ini Sumiati harus terus berupaya mewujudkan standardisasi kerja yang dipatokkan, seperti tidak menggunakan bahan baku ilegal, tidak mempekerjakan karyawan di bawah umur, berpegang pada standar dunia dalam kebersihan, kesehatan, keselamatan kerja, dan kesehatan finansial karyawan, termasuk pengolahan limbah.

sumber naskah >> CyberTokoh.com: Hajjah Sumiati Prestasi berkat Perjuangan tiada Henti

Leave a Reply