Dr. Gretha Zahar Temukan Rahasia Alam Dalam Penyembuhan Penyakit

 

Oleh Tuty Yosenda

Dr_Gretha_Zahar_2013[BALUR.COM] – Gunakan pengamatan berskala seluler terhadap mekanisme tubuh Anda — Anda akan melihat organ, jaringan, protein, sel dan sebagainya. Kemudian gunakan pengamatan berskala atomik — Anda akan menemukan bahwa di balik organ, jaringan dan sel itu terdapat atom-atom karbon, hidrogen, nitrogen, oksigen, dan sebagainya. Selanjutnya, gunakan pengamatan berskala sub-atomik, yaitu skala yang jauh lebih kecil daripada atomik. Apa yang akan Anda temukan? Ternyata di balik atom-atom penyusun tubuh Anda itu terdapat interplay yang tiada putusnya antar proton, neutron dan elektron. Di sini, Anda berada di dalam ranah yang banyak dibicarakan oleh fisika modern, nuclear science, bahkan nanobiology. Demikian pelajaran yang saya peroleh dari Dr. Gretha Zahar, seorang ilmuwan nuclear science yang mengelola klinik di beberapa kota dan Lembaga Peluruhan Radikal Bebas di Malang, Jawa Timur.

Tidak mudah memahami penjelasan Bu Gretha , demikian ia biasa dipanggil lingkungannya. Fisika modern, kimia nuklir, ditambah dengan nanoteknologi, ketika disatukan dalam uraian, menjadi menu yang lumayan berat untuk dicerna. Namun ternyata dalam praktek, semuanya sangat sederhana. “Penawar” segala penyakit itu ternyata ada di dapur kita sendiri: ada telur, kopi, garam, bawang, air kelapa, fermipan. Hanya satu bahan ramuan yang tidak biasa: tembakau. Tembakau ini disiapkan dengan saksama, dilinting untuk kemudian asapnya ditiupkan ke lubang telinga, hidung, dan mulut pasien melalui sebuah pipa. Pasien dibaringkan di atas lembaran panjang tembaga, dibalur dengan 7 macam ramuan, sementara terapi asap tembakau dilakukan di sela-sela proses tersebut. Sungguh menakjubkan melihat sebuah penemuan canggih dipraktekkan dengan begitu mudah dan sederhana, tanpa peralatan pelik. Dalam menjelaskan proses penemuannya, Dr. Gretha pun mencoba untuk berwacana sederhana.

Mengelola Sendiri Kesehatan Tubuh Bersama Alam

“Alam sudah menyediakan semuanya,” kata Profesor Dr. Sutiman Bambang Sumitro, seorang mikrobiolog dari Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, yang menjadi mitra kerja Dr. Gretha Zahar dalam penelitian. “Orang cenderung mempercayai peralatan canggih, padahal peralatan itu bisa jadi digunakan untuk menutupi konsep yang tidak canggih. Sedangkan Alam selama ini bekerja berdasarkan konsep yang canggih. Telur, garam, bawang, kopi, tembakau dan sebagainya itu semua merupakan peluruh radikal bebas yang luar biasa,” tambahnya.

Mengapa telur mentah? “Karena telur mentah merupakan protein hidup. Telur mentah itu internally driven. Putihnya menangkap radikal bebas dalam tubuh kita, termasuk merkuri yang juga internally driven. Sedangkan merah telur mengandung bahan stem cell,” kata Bu Gretha. “Tidak perlu takut pada bakteri Salmonella atau virus yang mungkin ada pada telur mentah,” kata Bu Gretha seolah membaca pikiran saya. “Karena dalam kopi ada karbon yang berfungsi seperti norit yang melumpuhkan racun.”

Tidak perlu takut pada bakteri dan virus? Sungguh menyenangkan membayangkan dunia yang sedang disiapkan oleh Bu Gretha dan kawan-kawan ini! “Bakteri dan virus, semua itu hanyalah protein hidup yang mengalami mutagenik. Mereka menamainya bakteri, jika ukurannya 10 pangkat minus 5. Tapi ketika ukurannya nano, mereka menamainya virus,” kata Bu Gretha sambil menjentik abu dari kepulan lintingan Divine di apitan jarinya. “Yang lebih penting untuk diselidiki adalah penyebab mutagenik protein tersebut, yaitu radikal bebas, terutama merkuri. Merkuri mempunyai 13 macam panjang gelombang yang bisa digunakan untuk mengacaukan dan menyesatkan codon dalam pembentukan protein (codon adalah kode genetik yang menentukan sintesa protein, Red.). Merkuri yang ada di dalam tubuh akan menarik lebih banyak merkuri.”

Perilaku Merkuri Di Dalam Tubuh Manusia

“Yang perlu kita semua sadari, merkuri punya energi dinamika yang cukup besar untuk membantunya melakukan transisi elektron, hal mana memungkinkannya untuk mudah ‘menyamar’ menjadi partikel lain,” kata Bu Gretha melanjutkan, sambil meluruskan kakinya di lantai. Sekarang menjadi jelas mengapa selama ini berbagai penelitian belum bisa ‘menangkap basah’ merkuri dan perilakunya di tubuh kita. “Merkuri hanya perlu hitungan 1 elektron ekstra untuk menjadi logam berat seperti thalium, atau 2 ekstra untuk menjadi timbal. Padahal elektron-elektron itu tersedia dalam jumlah besar di lingkungan hidup kita sebagai akibat dari melimpahnya jumlah radikal bebas,” tambahnya lagi.

“Jadi, penyembuhan segala macam penyakit pada dasarnya hanyalah memperbaiki kemampuan tubuh dalam mengendalikan polutan. Detoksifikasi adalah yang paling relevan. Jika kita tahu caranya, tak ada penyakit yang perlu ditakuti, termasuk flu burung, flu babi dan sebagainya,” kata Bu Gretha dengan tegas. Ia lalu memperlihatkan foto-foto klinis dan eksperimennya yang sangat menakjubkan selama lebih dari sepuluh tahun terakhir. Kanker dan autisme merupakan persoalan sederhana di matanya, begitupun penyakit stroke, jantung dan lain sebagainya.

Dr_Gretha_Zahar_Klinik_Smrg_2013Ratusan Pasien Tertolongkan Saat Alam Tak Tertolongkan

Bu Gretha dan klinik-kliniknya telah membantu ratusan orang yang sudah tidak bisa ditangani oleh rumahsakit. Namun gaya hidupnya sangat bersahaja. Tempat duduk favoritnya adalah lantai, kosmetiknya hanyalah ramuan yang terbuat dari putih telur dan air kelapa. Tanda-tanda kemewahan ‘hanya’ terlihat pada matanya yang selalu polos namun energik, tubuh yang elastis, berotot, bugar, serta kulit wajah yang bersih. Tidurnya sedikit, namun ia masih mampu push-up 25 kali dan berenang 90 menit tanpa jeda di usianya yang 70an. Kami yang mengenalnya secara pribadi sering menggodanya dengan sebutan ‘nenek-nenek aneh’, karena bukannya membekali diri dengan minyak angin dan syal penghangat seperti nenek pada umumnya, ia malah membawa tembakau dan berbagai ramuan ke mana-mana untuk mengurus siapa pun yang dijumpainya di jalan dan sedang bermasalah.

Restless and fearless, itulah yang saya lihat pada Bu Gretha. Dalam pencariannya yang tak kenal menyerah, ia sempat mengalami berbagai hinaan dan pengusiran oleh ilmuwan-ilmuwan lain. Namun dengan gigih ia terus berjuang, salah satunya dengan mencoba membuktikan hipotesanya lewat pengabdian di sebuah rumah sakit swasta dan beberapa panti asuhan. Dukungan dari kalangan universitas dan dari kalangan medis akhirnya mengalir. Tapi ia belum puas juga. “Alam sedang sedih karena banyak dimanipulasi oleh manusia,” katanya suatu hari, dengan nada sedih yang tak berhasil disembunyikan.

“Kita mengambil terlalu banyak dari Alam, ini menyulitkan Alam
dalam melakukan recycling terhadap beratus-ratus ton
radikal bebas yang berkeliaran di sekitar kita.”

“Sementara itu hutan dan lautan yang menjadi mesin pendaur-ulang utama itu mengalami kerusakan yang amat parah,” katanya lagi. Pak Sutiman lalu menambahkan: “Alam sekarang mengalami kesulitan dalam melakukan siklus berbagai material. Manusia sebagai bagian dari Alam pun mengalaminya.” Lalu, setelah menyalakan lintingan tembakau yang entah ke sekian, Pak Sutiman, yang sebelumnya sama sekali bukan perokok itu, melanjutkan: “Kerusakan Alam kini menempatkan manusia pada posisi degeneratif, artinya manusia menghadapi ancaman kegagalan dalam menjalankan kemampuan normal. Itu sebabnya penyakit manusia bergeser ke arah difficult diseases.”

Dr_Gretha_Zahar_kasihsayang_2013Keindahan Pelayanan Kasih-sayang

Tapi Bu Gretha tidak pernah membiarkan dirinya sedih berlama-lama. Intuisinya yang liar dan tajam membuatnya segera sibuk memikirkan gagasan-gagasan baru. Alur pikirannya melompat-lompat dengan lincah, tak banyak orang yang memiliki kemampuan untuk mengimbanginya. Ketika Pak Sutiman pada suatu kesempatan resmi menguraikan pemikiran Bu Gretha dalam bahasa yang lebih runut, Bu Gretha tercengang-cengang sendiri: “Benarkah itu hasil pemikiranku? Aku tidak mengira akan seindah itu,” katanya dengan ekspresi yang lucu.

Keindahan itu juga terlihat dalam proses terapi ala Bu Gretha. Sebelumnya, dalam sebuah eksperimen, Bu Gretha mencoba melepaskan radikal bebas dari sebuah protein buatan. Radikal bebas itu baru terlepas sesudah dihantam dengan beban sebesar 8 ton! Namun ketika protein yang mengandung radikal bebas itu ditepuknya dengan ‘mengantarkan rasa kasih-sayang’, radikal bebas itu pun terlepas. Artinya, beban 8 ton itu kurang lebih setara dengan tepukan penuh kasih-sayang! Inilah sebabnya pelayanan penuh kasih-sayang menjadi bagian yang paling penting dalam terapi yang dikembangkannya.

Itu sebabnya pula, di atas lembaran tembaga, pasien anak-anak dibaringkan di atas tubuh ayah atau ibunya, agar terjadi ikatan batin yang lebih dalam di antara keduanya. Ikatan kasih-sayang ini sangat berguna untuk mendorong kesembuhan. Dalam klinik-klinik asuhan Bu Gretha dan kawan-kawan selalu ditekankan pentingnya partisipasi keluarga dalam proses penyembuhan. Kesembuhan seorang pasien dipengaruhi oleh kesehatan anggota keluarganya. “Bahkan menyehatkan diri sendiri itu sama dengan menyehatkan lingkungan,” demikian kata Pak Sutiman.

Keindahan yang lain juga diperlihatkan di akhir terapi. Berbagai ramuan yang sudah dibalurkan ke tubuh pasien itu ditampung, sebagian dibiarkan tersisa di lembar tembaga, sebagian diteteskan pada cawan petri. Hasilnya sungguh menakjubkan! Hanya beberapa menit dijemur di bawah matahari, kita akan segera melihat kristal yang bisa mengisahkan ‘siapa kita’. Jika Anda sehat, pada permukaan lembaran tembaga maupun cawan petri itu akan terlihat lukisan kristal yang penuh, simetris, fraktal, dan memiliki pola yang sangat indah. “Tubuh manusia itu merupakan pabrik nano material yang paling hebat. Ketika cairan nano dari tubuh kita memperlihatkan keteraturan dan keindahan, itu menunjukkan bahwa tubuh kita memiliki kemampuan untuk menyelenggarakan keteraturan dan harmoni,” demikian Pak Sutiman menjelaskan sambil mengepulkan lintingan tembakaunya.

Merokok Bukan Rokok Biasa, Terapi Asap yang Berfaedah

Beberapa tahun terakhir ini, metoda merokok menjadi bagian terapi yang sangat penting di klinik-klinik binaan Bu Gretha dan kawan-kawan, yang sebelumnya tidak satu pun pernah merokok. Rokok yang bukan rokok biasa ciptaannya itu dinamai “Divine Klobot”. Lintingan tembakau ini mengandung asam amino, diproses sedemikian rupa sehingga bersih dari radikal bebas, dan menghasilkan partikel yang berukuran jauh lebih kecil. “Dalam praktek terapi asap ini, radikal bebas yang keluar dari tubuh akan berukuran sangat kecil, sehingga pasien tidak perlu lagi menjalani siksaan perawatan seperti luka-luka yang besar dan basah atau mengeluarkan aroma tubuh yang sangat mengganggu,” kata Bu Gretha. Dengan terapi yang dikembangkannya, penyembuhan menjadi jauh lebih cepat, bahkan selama proses penanganan pasien bisa tetap menjalani kehidupan normal tanpa perlu diet khusus, selama ia secara teratur menjalani terapi asap diri dengan Divine Klobot atau Divine Tingwe (apabila tembakau di-linting dewe, bahasa Jawa yang berarti dilinting sendiri).

Sungguh sebuah paradoks yang lagi-lagi menakjubkan. Limbah ramuan balur bisa menjadi kristal yang bercerita, dan keteraturan mengasapkan diri dengan Divine Klobot atau Tingwe menjadi disiplin kesehatan yang vital. “Tidak ada yang baru pada tembakau dan nikotin. Ratusan tahun yang lalu, bangsa Indian telah menggunakannya sebagai obat; mereka bahkan menamai tembakau sebagai ‘tanaman Dewa’. Nikotin juga telah lama diteliti dan diakui mengandung banyak manfaat, bahkan ia dijuluki ‘gold nicotine‘. Unsur kimianya yang berjumlah 11.000 macam itu membuatnya sangat istimewa. Jika dilihat secara parsial, memang unsur-unsur kimia yang ada bisa memperlihatkan ‘kejahatan’-nya. Tapi jika partikel-partikel tersebut secara keseluruhan dilihat secara utuh, kandungan tembakau justru memperlihatkan adanya potensi untuk menyelenggarakan keteraturan dan harmoni”, tutur Bu Gretha.

Dr_Gretha_Zahar_tembaga_2013Sesungguhnya Radikal Bebaslah yang Berbahaya

“Merokok tembakau tidak membahayakan generasi terdahulu, seharusnya juga tidak generasi sekarang. Yang berbahaya itu adalah radikal bebasnya, dan radikal bebas ada di mana-mana,” jelas Pak Sutiman panjang-lebar. Bu Gretha lalu menimpali: “Dengan menggunakan cetakan nano pada filter Divine, densitas elektron meningkat, sehingga kandungan merkuri pada tembakau akan siap melepaskan elektron. Dan ketika merkuri kehilangan 1 elektron, ia bukan lagi merkuri. Ia merupakan partikel emas atau aurum, tepatnya artificial aurum.”

Saya jadi ingat sebuah artikel tentang partikel aurum. Dalam ukuran nano, ia sudah lama dikenal sebagai nanomaterial yang efektif membunuh sel kanker tanpa merusak sel lainnya.

Untuk mengilustrasikan penjelasannya, Bu Gretha memperlihatkan selembar kertas yang memaparkan apa yang ia sebut sebagai ‘penemuan yang sangat mengagumkan’, yaitu tabel periodik kimia, tabel ciptaan Mendeleyev yang pernah kita pelajari di SMA. Ia menjelaskan, bahwa merkuri dengan nomor atom 80 bisa dengan mudah ‘menyamar’ menjadi thalium dan timbal hanya dengan tambahan 1 dan 2 elektron. Merkuri juga bisa berubah menjadi artificial aurum atau emas, yang bernomor atom 79, hanya dengan mendonasikan satu elektronnya. “Pernyataan ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan pembuktian,” ujarnya. “Bersama teman-teman, saya menguji pengaruh Divine Klobot terhadap aura.”

Dengan menggunakan aurameter milik Bu Gretha, saya dan teman-teman menyaksikan, bahwa terapi asap lambat-laun akan membentuk aura berwarna emas di tubuh kita. “Sungguh terobosan yang hebat,” kata Kang Aas Rukasa, seorang guru senam pernafasan dan meditasi. “Aura emas hanya mungkin diperoleh melalui latihan pernafasan yang intensif yang disertai pengerasan tubuh. Aura emas mencerminkan kematangan di chakra jantung, chakra yang berhubungan dengan kasih sayang, kelenturan, keterbukaan, dan respon seni,” kata Kang Aas. “Aura emas merupakan jembatan tercepat antara tubuh dan pikiran; artinya seseorang dengan aura emas akan memiliki kecerdasan tubuh dalam menerjemahkan dimensi pikiran. Aura emas bukan hanya mencerminkan kesehatan yang prima dan kelenturan tubuh dalam menghadapi gangguan, aura emas ini juga berbicara tentang potensi untuk menyembuhkan orang lain,” demikian ia menambahkan.

Sertamerta pikiran saya berkilas-balik ke kisah-kisah klasik tentang para alkemis yang selalu terobsesi untuk mengubah apa pun menjadi emas. Tidak disangka bahwa rahasia alchemy itu tak jauh-jauh dari kita, dan tampaknya tidak terlalu sulit bagi kita untuk mempelajarinya. Siapa tahu kita bisa menjadi the alchemist berikutnya?

Kesadaran Akan Tubuh Manusia Sebagai Cetakan Nano Terhebat

Dasar-dasar bagi tumbuhnya future science itu telah disiapkan oleh Bu Gretha dan kawan-kawan. Ini adalah sains multidisiplin yang tak hanya holistik sifatnya, tapi juga unik, karena membawa dan mewujudkan mimpi terdalam umat manusia sejak masa klasik. Saya dan teman-teman tidak henti-hentinya kagum melihat seorang ilmuwan yang sekaligus ‘tabib’, seorang yang sesaat berbicara tentang ilmu-ilmu canggih dalam bahasa ilmiah yang tak dikenal awam, untuk kemudian membalur dan mengasapi pasien dengan bertelanjang kaki, tanpa sarung tangan dan penutup hidung. Di waktu pagi, senja dan tengah malam, ilmuwan yang memberi makna kasih-sayang dalam praktek ilmiah pelayanan kesehatan ini menyempatkan dirinya membalur diri dengan kopi, ramuan kelapa dan putih telur, atau garam.

Di waktu senggangnya ia hanya memerlukan lantai untuk sekedar membaringkan tubuhnya, sambil meniupkan asap Divine Klobot ke dalam telinganya. “Lantai baik untuk kesehatan, karena Bumi menetralisir kelebihan arus listrik yang menyebabkan adanya ritme tidak harmonis di tubuh kita. Garam bagus untuk menangkap radikal bebas yang ada di tubuh kita. Pengobatan terbaik adalah menggunakan tangan telanjang, bukan tangan bersarung, apalagi mesin, karena, tahukah engkau, bahwa tubuh manusia adalah cetakan nano terhebat di dunia?” begitu katanya sambil tersenyum, seolah membenarkan ritual para tabib tradisional kita yang sudah lama menggunakan garam, telur, tangan telanjang, juga lantai dalam praktek pengobatan mereka. Sungguh sangat sesuai penemuannya ini dengan namanya: Gretha yang berarti “mutiara” dan Zahar yang dalam bahasa Inggris berarti “brightness, revealed, grounded” (yang dapat diterjemahkan sebagai: sinar terang, tersingkap, membumi – Red.).

“Ibu kok seperti Merlin.”

“Atau Nostradamus, Leonardo da Vinci.”

Begitu biasanya komentar awam teman-teman setelah berjumpa dengan Dr. Gretha Zahar, ilmuwan bernurani yang langka, yang tak habis-habisnya menimbulkan rasa takjub. :: BALUR.COM/Tuty Yosenda

Disunting dan diupdate dari naskah asli tulisan Tuty Yosenda, www.balur.com

Foto-foto >> dokumentasi Langit Perempuan

Leave a Reply