Lulut Sri Yuliani Tumbuhkan Batik Bakau

Tangan, kaki, dan bagian-bagian lain tubuhnya tak dapat digerakkan lagi. Dan, jika aliran darah tak lagi mengalir menuju otaknya, maka… wassalam. Di saat seperti ini rasanya sang maut sudah menjelang. Namun, keinginan untuk sembuh sangat cukup kuat. Ini membuat dirinya berencana melakukan segala jenis pengobatan. Namun, ketika sadar bahwa semuanya akan sia-sia, Lulut memilih pasrah.

”Saya hanya berharap pada keajaiban. Mukjizat! Kalau saya sembuh, saya akan mengabdikan hidup saya pada alam dan masyarakat,” ujar Lulut. Jemaat Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Rungkut ini pun semakin banyak berdoa, mendekatkan diri pada Sang Pencipta.

“Saya percaya bahwa mukjizat Tuhan itu akan terjadi. Bagi Dia tidak ada yang mustahil,” katanya. “Saya tidak bisa berharap pada obat-obatan karena tubuh saya sudah menolak semua jenis antibotika.”

Singkat cerita, mukjizat itu memang benar-benar terjadi. Lulut dinyatakan sembuh. Sejak itulah dia bertekad membaktikan hidupnya untuk kepentingan masyarakat banyak dan konservasi lingkungan. Sejak 2007, sebagai ketua Forum Peduli Lingkungan (FPL) Kecamatan Rungkut, dia total berdedikasi untuk lingkungan dan masyarakat. Dari sinilah dia berjumpa dengan mangrove sebagai tanaman unggulan di Rungkut.

“Waktu kecil saya dan teman-teman sudah tahu yang namanya bakau. Tapi baru intensif tahun 2007,” paparnya. Saat itu dia bersama Wali Kota Surabaya, Camat Rungkut, dan Dinas Pertanian mengadakan kunjungan ke Wonorejo karena banyak terjadi pembalakan liar. ”Hutan mangrove itu ternyata sangat indah,” katanya.

Wali Kota Bambang DH kemudian memberinya sebuah buku tentang budidaya dan pemanfaatan mangrove. Mulai dari situlah dia mulai menekuni dunia mangrove. Selain batik mangrove, Lulut bersama UKM binaannya membuat aneka macam produk berbahan dasar mangrove.

Ada Sirvega (Sabun Cair Mangrove dan Toga) yang khusus untuk mencuci kain batik. Sabun cair bebahan dasar klerak sebagai sampo, sabun cuci piring, cuci mobil, dan cuci tangan. Ada juga Weruh Bekul, minuman penghangat dan pelancar peredaran darah dari bakau.

Selain itu, Lulut membuat berbagai produk lain. Di antaranya, olahan limbah padat tempe (olipate) menjadi pakan ikan dan olahan limbah cair tempe menjadi pakan ternak (tabacate). Perjuangan Lulut ternyata tidak sia-sia. UKM binaannya berkembang di seluruh Kecamatan Rungkut.

”Saya memang ingin membuat Rungkut menjadi kawasan yang mandiri dan mempunyai ciri khas,” katanya. :: lambertus-hurek+kompas+kontan/05nov2009+20/agus2010/23okt2001

LULUT SRI YULIANI

• Lahir: Surabaya, 24 Juli 1965 • Suami: Budiono Halim • Anak: Nadia Chrissanty Halim (10) • Pendidikan: – SDN Karya Dharma II Surabaya, lulus 1976 – SMPN XII Surabaya, lulus 1980 – SPG Kristen Bersubsidi Pirngadi Surabaya, lulus 1983 – S-1 Bahasa Jawa Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra IKIP Negeri Surabaya, lulus 1987 – S-2 Manajemen Sumber Daya Manusia Magister Manajemen STIE Mahardhika Surabaya, lulus 2004

KONTAK

Wisma Kedungasem Indah J-28, Rungkut, Surabaya
081 230 808 665
031 779 57465

http://hurek.blogspot.com/2009/10/lulut-sri-yuliani-batik-mangrove.html

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2009/11/05/08483491/lulut.sri.yuliani.dan.batik.mangrove

http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/1282273725/44909/Lulut-mengolah-limbah-bakau-menjadi-pewarna-batik

Leave a Reply