Perempuan Tlingsing Pegang Erat Alat Tenun Tradisional

[GITAPERTIWI.ORG] – Satu hal yang harus dimiliki oleh seorang yang ingin sukses yakni kerja keras. Mudah diucapkan namun dalam kenyataannya banyak pihak yang tidak lulus dalam ujian kerja keras ini. Apabila berbicara mengenai produksi batik, daerah mana yang muncul dalam pikiran kita? Pasti Solo, Jogjakarta, pekalongan. Apabila berbicara produksi ukir-ukiran,pasti langsung mengarah ke daerah Jepara. Namun jika kita berbicara perihal produksi tenun ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) apa pikiran kita? Pasti awal pikiran kita tidakada daerah bernama Cawas, Klaten. Ya, itulah gambaran singkat dan awal dalam proses pengenalan usaha yang masih sedikit diketahui oleh khalayak ramai.

Tenun ATBM, merupakan produk yang sebenarnya sudah ada sejak lama, namun geliat yang dirasa baru akhir-akhir ini saja meski baru sedikit yang tahu. Hal ini terasa, Setelah adanya promosi, publikasi,leafletisasi dan sebaran informasi lewat media-media yang ada mengenai apa itu tenun ATBM, produk-produk yang dihasilkan dan wilayah sebarannya

Saat gempa melanda wilayah Jogjakarta dan Klaten, hampir seluruh usaha tenun yang ada di wilayah Cawas hancur. Akibat rusaknya sarana prasarana pertenunan. Hal inilah yang mengawali LSM Gita Pertiwi untuk menjalankan program pendampingan pemulihan perekonomian pasca gempa. Dengan strategi perbaikan proses dan alat produksi, pengorganisasian serta pemasaran membuat masyarakat semakin merasakan dampak yang positif dalam usaha mereka. Dari beberapa desa dampingan salah satu yang cukup menarik adalah desa Tlingsing.  Hal ini terlihat dari pusat sebaran usaha kelompok, peningkatan kemajuan kelompok serta letak geografis wilayah yang berada di tengah sebaran desa dampingan.

Desa Tlingsing terbagi dalam 4 kelompok usaha, yakni 2 kelompok untuk usaha Makanan Olahan dan 2 kelompok untuk usaha tenun. Sebaran wilayah timur sangat didominasi oleh usaha tenun sedangkan wilayah barat sebagian besar usaha makanan olahan. Selain focus dalam program livelihood ini,Gita Pertiwi bekerja sama dengan pihak pemerintah desa juga aktif dalam upaya pengurangan resiko bencana (PRB) di tingkat desa.

Dalam menjalankan kegiatan-kegiatannya pihak kaum perempuan paling dominan dalam keberjalanan programnya. Dari mulai pendampingan sampai saat ini Gita Pertiwi telah berhasil mencatat lahirnya tokoh perempuan yang ahli di bidangnya masing-masing. Tokoh seperti Missobach dan Suratmi, menjadi beberapa profil yang cukup sukses menjalani kehidupan baik didunia usaha, keluarga maupun di wilayah public.

Missobach, sosok yang saat ini menjadi wirausaha dengan predikat berhasil, mampu menjadi pelopor dalam perubahan di wilayahnya. Ulet, tekun, semangat, pantang putus asa menjadi hal yang melekat pada Missobach, warga dusun Dadi Rejo Tlingsing. Bersama sang suami tercinta, Hery, Missobach menjalankan usaha yang sekarang dijalaninya yaitu modifikasi produk tenun, konveksi, jual beli pulsa serta toko kecil-kecilan.

Dulu, tak banyak orang mengenalnya, sosok satu ini hanya dikenal dikalangan lingkungan sekitar. Berawal dari usaha ternak bebek dan warung kecil-kecilan dengan modal 2 juta, yang menjadi pemicu dan penyemangat untuk terus maju. Dengan strategi yang ada di Gita Pertiwi dalam rangka pemberdayaan inilah sedikit demi sedikit Missobach merasakan perkembangan dan perubahan untuk usahanya. Baju, tas, dompet, sarung bantal, seprei, dan hasil-hasil buatan tangan sendiri adalah kreatifitas dari ketrampilan menjahit yang dimilikinya. Dengan bantuan promosi Gita Pertiwi ke luar, sosok ini makin dikenal. Tak heran saat ini sudah banyak sekali pesanan-pesanan baik dalam partai kecil maupun partai besar yang diterimanya. Namun semangat untuk tetap maju selalu ada.

Sementara itu, sama halnya dengan Missobach, perempuan yang pandai sekali berinteraksi dengan masyarakat, sangat mengayomi serta rajin menjadi cirri yang ada dalam diri Suratmi. Istri dari Kepala Desa Tlingsing ini menjadi sosok yang sangat dihormati dan disenangi warga. Meski status sebagai koordinator penggerak PKK desa, Suratmi bukanlah tipe orang yang senang berhura-hura atau bersenang-senang. Suka duka pun sering dirasakan perempuan yang telah dikaruniai 2 putra ini.  Demi membahagiakan keluarganya, Suratmi sangat rajin dan tekun dalam menjalani usahanya. Tergabung dalam kelompok makanan olahan membuat semakin serius dalam menjalani usaha makanannya. Keripik sukun, rambak, adalah produk olahan awalnya. Saat ini usahanya sudah berkembang menjadi onde-onde, rambak, keripik bawang serta makanan-makanan kecil kalau ada pesanan.

Dengan packing dan labeling sederhana yang dibantu putera tercinta, Suratmi mampu merambah pasaran elit seperti swalayan dan toko-toko yang ada. Selain itu anggota kelompok yang lain juga turut membantu dalam promosi atau pemasarannya. Kerjasama dalam kelompok ini terbangun karena sifat tepo sliro serta gotong royong yang tinggi antar anggota.

Selain aktif dalam kelompok makanan olahan ini, Suratmi adalah perempuan yang super sibuk khususnya dalam wilayah public. Sebagai istri sang Kepala desa menuntut dirinya untuk mendarmabaktikan dirinya untuk masyarakat. Tak heran, dirinya mampu menjadi pelopor penggerak kaum perempuan untuk mampu aktif bersuara di tingkat publik.

Sama halnya dengan sosok-sosok tadi, ada beberapa profil perempuan yang sedikit demi sedikit sudah mulai mau terlibat dalam kegiatan. Namun sifatnya masih partisipasi pasif. Belum terlalu berani bersuara di wilayah/sektor publik. Hal ini terus dikembangkan oleh pihak pendaming mereka.

Peningkatan kapasitas dan promosi yang makin dikenal di luar tak lepas dari kerjasama antar masyarakat, pemerintah desa serta LSM Gita Pertiwi sebagai pendamping. Strategi dan fasilitas promosi yang dilakukan baik menggunakan metode sederhana maupun modern (dengan media massa, elektronik, dll) mengakibatkan dampak positif untuk kemajuan masyarakat.

Memunculkan generasi-generasi yang mandiri, unggul serta berani memang tidak mudah. Namun dengan usaha serta semangat untuk tetap memperjuangkan hak-hak masyarakat harapan untuk mampu bangkit serta semakin sukses dalam kehidupan akan tercapai. Kapan itu, suatu saat semua akan indah pada masanya. :: GITAPERTIWI/11Jun2010

http://www.gitapertiwi.org

Leave a Reply