Raeni, Puteri Pengayuh Becak, Lanjut Studi S-3 Ke Inggris Lagi


KOMPAS.COM  — Puteri pengayuh becak yang menjadi wisudawan terbaik Universitas Negeri Semarang (UNNES) pada 2014, Raeni, pada awal tahun 2018 mempersiapkan keberangkatan untuk lanjut studi gelar S-3 ke di University of Birmingham, Inggris.

Raeni menjadi sosok yang dikagumi setelah ia lulus pada usia 21 tahun sebagai wisudawan terbaik UNNES 2014 dengan capaian IPK 3,96. Fotonya memviral ketika ia datang untuk wisuda diantar oleh ayahnya, Mugiyono, dengan naik becak ayahnya. Puteri bungsu pasangan Mugiyono dan Sujamah ini lulus dari Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi (FE) UNNES.

“Alhamdulillah, tanggal 19 Januari (2018) kemarin baru pengumuman saya mendapatkan beasiswa LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan), dan bila tidak ada halangan akan berangkat ke Birmingham pada September tahun ini,” ujar Raeni. Sebelumnya, Raeni juga mendapatkan beasiswa S-2 di University of Birmingham dan lulus pada Desember 2016 lalu.

Sekolah setinggi mungkin bagi Raeni adalah bekal menghadapi tantangan di masa depan. Seperti halnya investasi, terdapat bekal yang harus ditanamkan untuk menghasilkan something in return yang optimal.

Apalagi, sejak 1 Januari 2017 Raeni tercatat sebagai dosen di Jurusan Pendidikan Ekonomi Konsentrasi Pendidikan Akuntansi UNNES, Semarang. Raeni menyadari, bekal riset sangat ia butuhkan, dan untuk mewujudkannya salah satu caranya ialah melalui studi S-3 tersebut.

Di proses pencarian kampus, pada awalnya Raeni mendaftar di beberapa kampus di beberapa negara. Akan tetapi, setelah berkonsultasi, berdiskusi, dan mendapatkan beberapa saran, akhirnya ia menyelesaikan aplikasi pendaftaran di University of Birmingham, tempatnya studi S-2.

Cerdas ceria, itulah pribadi Raeni yang ulet. | FB Raeni

Kalau ditanya, apakah Raeni mendapat tuisi dari profesor yang sama dengan saat menyelesaikan tesisnya selama S-2, jawabannya adalah tidak. Karena pada saat studi untuk S-2, profesor Raeni berasal dari kampus berbeda. Oleh karena itu, Raeni harus melewati proses wawancara dengan calon profesor dan program director S-3 hingga akhirnya mendapatkan unconditional offer letter. Suatu pencapaian luar biasa.

Perjalanannya mencari beasiswa juga tidak mulus. “Awalnya saya dinominasikan pada shortlist beasiswa dari kampus, namun untuk international student tidak semua biaya di-cover. Jadi saya menyampaikan ke kampus bahwa saya tidak bisa menerima hanya partically-funded (ditanggung sebagian – red),” ujarnya.

Selanjutnya ia mencoba mendaftar Beasiswa Unggulan Dikti dari LPDP, yaitu beasiswa untuk dosen. Namun, Raeni terkendala belum mempunyai Nomor Induk Dosen Nasional (NIDN). Raeni saat itu baru mempunyai Nomor Induk Dosen Khusus (NIDK), yang membuatnya tidak bisa mendaftar.

“Lalu saya mendaftar beasiswa lanjutan LPDP. Awalnya belum diterima karena ada salah satu persyaratan yang belum terpenuhi. Alhamdulillah, saya mendapatkan kesempatan untuk mendaftar lagi pada periode berikutnya dan lolos untuk direkomendasikan sebagai penerima beasiswa lanjutan dari magister ke doktoral LPDP,’’ papar Raeni.

Raeni dan kedua orangtua menunaikan Umrah | foto > dok. Raeni

Dalam persiapan menyambut keberangkatannya ke Inggris pada September 2018, Raeni banyak membaca jurnal-jurnal yang berhubungan dengan bidang studinya. Namun, dia juga tidak melupakan quality time bersama keluarganya. Pada pertengahan Februari 2018, Raeni pergi umrah bersama kedua orangtuanya. Bapaknya kini tidak lagi menarik becak, melainkan menjadi penjaga malam dan mengantar-jemput sekolah salah satu puteri mantan Bupati Kendal.

Raeni sangat bersyukur sebab melalui pendidikan dan pekerjaan dirinya mampu membantu perbaikan kesejahteraan keluarganya. Bahkan, ia masih ingat saat mana dulu di rumah hidangan makan seringkali sekadar kecap dan kerupuk atau kecap dan tempe, sesekali dengan telur. Untuk makan daging, Raeni dan keluarganya biasanya menunggu saat Lebaran. Tetapi, rasa syukur menjadikan setiap tahapan dalam kehidupan adalah nikmat yang tidak terhingga.

Raeni menjadi inspirasi anak-anak muda di sekitarnya. | foto > dok. Raeni

“Tentu untuk mencapai kesejahteraan secara ideal, kami masih dalam proses, karena saya baru 1 tahun bekerja dan saya sangat bersyukur mendapatkan pekerjaan yang dapat memenuhi kebutuhan tidak hanya secara material, tetapi juga kebutuhan sosial,” ungkap Raeni.

Tak lupa Raeni berpesan pada generasi muda untuk tetap bersemangat mengejar mimpi. Tetap belajar, sebab belajar bisa dilakukan di mana pun dan kapan pun. Secara pribadi Raeni jarang menarget waktu belajar. Tetapi yang dia targetkan adalah aktivitas utama bisa dipenuhi atau tidak. Aktivitas tersebut meliputi waktu untuk menyelesaikan tugas, berdiskusi, berkumpul dengan keluarga dan aktivitas sosial. :: KOMPAS.COM/04mar2018

https://regional.kompas.com/read/2018/03/04/14392481/raeni-anak-pengayuh-becak-yang-jadi-wisudawati-terbaik-itu-akan-s3-di.

Leave a Reply