“The Power of Kepepet” Nuraeni Awali Bisnis Ikan Perempuan Pesisir

WARTAEKONOMI.CO.ID – Nuraeni (49), tidak pernah menyangka bisa mengubah musibah menjadi anugerah berupa keberhasilan dalam dunia usaha. Dulunya, ibu tiga ini sempat terpuruk setelah kepergian sang suami, Ambo Rusdi, akibat serangan jantung pada 2004. Bermodal kegigihan, ia membalikkan nasibnya dan sukses dalam bisnis pengolahan ikan dengan memberdayakan perempuan pesisir alias istri nelayan. Omzet usahanya bisa melampaui Rp100 juta per bulan, bergantung pesanan.

Nuraeni mengenang motivasi awalnya menjalani usaha pengolahan ikan untuk menghidupi ketiga anaknya sepeninggal sang suami. Selain itu, ia tergerak melihat kondisi perempuan pesisir yang terbelenggu utang oleh tengkulak. Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dan anak putus sekolah menjadi fenomena yang terus disaksikannya secara berulang. Bersama dua rekannya, ia pun memulai bisnis pengolahan ikan dari dana patungan yang terkumpul Rp 1,5 juta pada 2007.

“Ini yang mungkin disebut the ‘power of kepepet’. Tapi, usaha ini juga dibangun dari keprihatinan terhadap perempuan pesisir. Bila suaminya tidak melaut, maka terpaksa mengutang ke tengkulak. Kondisi perekonomian yang rapuh itu sangat rawan dengan KDRT dan anak putus sekolah,” kata Nuraeni, saat ditemui Warta Ekonomi, di rumah sekaligus lokasi usahanya di Jalan Barukang III, Makassar, Sabtu (4/2/2017).

Didorong Kepedulian Pada Perempuan Nelayan

Nuraeni lantas berpikir keras untuk membuka usaha sesuai potensi sekitarnya. Tercetuslah ide membuat bisnis pengolahan ikan mengingat kawasannya dikenal sebagai kampung nelayan. Nuraeni dan dua rekannya lantas merekrut dua orang lagi dan membentuk kelompok perempuan nelayan Fatimah Az-Zahrah. Mulanya, pihaknya cuma memproduksi abon ikan dengan pertimbangan dapat bertahan lama yakni sampai enam bulan. Total produksi maksimalnya kala itu hanya 35 kilogram per bulan.

Perlahan tapi pasti, usaha Nuraeni berkembang meski diwarnai pasang surut dan jatuh bangun dalam berbisnis. Kini, produksi abon ikan kelompok Fatimah Az-Zahrah bisa tembus 1 ton per bulan bila sedang musim haji dan musim liburan. Varian produknya tidak lagi sebatas abon, tapi berkembang dengan memproduksi bakso ikan, nugget ikan, otak-otak, bandeng tanpa tulang, fillet udang dan lainnya. Pihaknya juga menerima pesanan apapun yang berkaitan dengan produk olahan laut.

Keterbatasan akses pemasaran yang dirasakan Nuraeni saat merintis usaha tidak lagi berat. Produk olahan ikan kelompok perempuan pesisir semakin diminati dan tersebar di sejumlah kota di Indonesia, mulai Aceh hingga Timika. Meski begitu, persoalan kemasan diakui alumnus Fisipol Unhas ini masih perlu dibenahi agar bisa bersaing secara nasional. Upaya pemasaran secara online telah dilakukan, meski masih sangat terbatas.

Bangun Koperasi Beranggotakan 600an Perempuan

“Saya tugaskan sekretaris untuk pemasaran online, baik itu di Facebook dan WhatsApp. Adapun bentuk pemasaran online lainnya, seperti di Tokopedia dan Bukalapak atau lainnya memang masih belum. Tapi, tentunya akan mengarah ke sana supaya tidak ketinggalan,” ucap peraih lebih dari 100 penghargaan di bidang kewirusahaan dan pemberdayaan masyarakat ini.

Bisnis pengolahan ikan yang digagas Nuraeni ini selanjutnya bertransformasi menjadi koperasi Fatimah Az-Zahrah. Jumlah anggotanya mencapai 600-an orang. Adapun untuk pekerja inti lebih dari 30 orang. Nuraeni tidak menampik manajemen risiko bisnisnya belum maksimal lantaran belum bisa mengasuransikan usahanya. Hanya para pekerjanya saja yang didaftarkan ke BPJS sebagai bentuk perlindungan baik dari aspek kesehatan maupun tenaga kerja.

Nuraeni masih mengupayakan pengembangan usahanya tersebut. Tiga tahun terakhir ini, bisnis pengolahan ikannnya bertumbuh cepat dan dilirik oleh PT Pertamina. Karena itu, pihaknya tidak lagi bertumpu pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BRI. Bisnis pengolahan ikannya juga disokong melalui dana CSR PT Pertamina.

Tidak cuma itu, bisnis pengolahan ikan kelompok Fatimah Az-Zahrah memperoleh kredit dari PT Pertamina melalui Program Kemitraan Bina Lingkungan. Anggaran yang diperoleh lebih besar dari KUR di perbankan. “Bunganya juga lebih rendah, tapi saya lupa angka persisnya,” tutur perempuan kelahiran 6 Agustus 1969 ini.

Mampu Bertahan 20 Tahun Karena Jujur Mutu

Olahan ikan kelompok Fatimah Az-Zahrah ini mampu terus bertahan selama 20 tahun berkat konsisten dengan kualitas rasa. Nuraeni berprinsip pembeli akan setia bila produk berkualitas, meski dengan harga sedikit di atas dibandingkan produk lain. Tak heran bila, produknya sangat diminati dan bisa dijumpai di toko oleh-oleh khususnya di Kota Makassar. Harganya pun bersaing dari Rp20 ribu hingga Rp140 ribu.

Tumbuh dan berkembangnya bisnis olahan ikan Fatimah Az-Zahrah tidak membuat Nuraeni jadi lupa diri. Komitmen mensejahterakan perempuan pesisir tetap dipegang teguh dengan menyisihkan keuntungan produk untuk membangun sekolah pesisir dan sekolah pelopor keadilan bagi kaum perempuan. Juga ada program khusus untuk lansia yang rutin dilaksanakan. :: WARTAEKONOMI.CO.ID/feb2017

http://wartaekonomi.co.id/read129564/galang-perempuan-pesisir-bangun-bisnis-pengolahan-ikan.html

Leave a Reply