Cara Indie, Endah Raharjo Luncurkan Novel Perdana

Kisah dalam Novel

Novel ini memang merupakan kisah cinta. Secara jujur memang saya terinspirasi dari curhatan beberapa kawan yang berstatus sebagai janda atau sosok Perempuan yang belum menikah dengan umur yang bisa dianggap sudah sangat dewasa. Para Perempuan ini, sebagaimana pula para Perempuan lainnya yang mengalami hal serupa, merasa dirinya menjadi semakin kecil ketika berhadapan dengan laki-laki.

Posisi sebagai seorang janda atau sebagai seorang perawan tua, saya pahami kehidupannya sangat berat sekali. Masyarakat masih memandang “miring” terhadap mereka. Seorang janda, tentu bisa berharap bisa menikah lagi. Tapi mereka terhimpit pada situasi yang sulit untuk menemukan pasangan yang bisa menerima kondisi pasangannya. Saya kira, hal serupa dihadapi pula oleh para duda yang mencintai seorang gadis. Ibu sang gadis bisa menyatakan komentar: “Kok duda sih? Umurnya seumuran dengan saya,”

Karena itulah, dalam novel ini yang menceritakan tentang Laras yang berposisi sebagai janda, saya menghadirkan tokoh Osken. Tokoh Osken sengaja saya pilih bukan berasal dari Jawa atau dari Indonesia. Berdasarkan pengalaman saya bekerja bersama dalam tim kerja yang hampir seluruhnya adalah laki-laki (asing), dan saya kadang hanya sendiri sebagai seorang Perempuan, saya melihat dan memahami sifat dan sikap mereka bila meninctai seseorang tidak melihat usia dan status. Kalau sudah cinta, ya cinta. Mengutip pernyataan dari Ririe Rengganis, Cinta Tanpa Karena… dan itu OK.

Jadi, Osken O’Shea, dihadirkan sebagai symbol laki-laki yang membangkitkan harapan bahwa seharusnya laki-laki menjadi seperti itu. ya, Cinta Tanpa Karena.

Leave a Reply