Euis Rohaini Kerahkan Perempuan Pembatik Maos Jangkau Pasar Inggris

Euis Rohaini Batik Maos - mediaindonesia[CILACAPKAB.GO.ID] ~ Jarang yang mengetahui, jika Cilacap ternyata memiliki potensi besar pada kerajinan batik. Bahkan produk yang memiliki kekhasan sendiri dibandingkan yang ada di daerah lain, sejak sekitar dua tahun terakhir laris manis di pasaran internasional seperti Inggris, Korea serta menghiasi berbagai butik milik artis. Yang lebih membanggakan, kesekretariatan negara pun memesannya.

Sentra produksi batik di Kabupaten Cilacap saat ini hanya ada di Kecamatan Maos Cilacap, Jawa Tengah. Namun belakangan berkembang ke Nusawungu dan beberapa desa di wilayah Cilacap bagian timur. Meski  tergolong baru, tetapi karena nilai lebihnya, membuat batik Cilacap dalam sekejap mendapat tempat di hati masyarakat luas. Pesanan pun mengalir, hingga membuat kelompok usaha batik Cilacap sering kewalahan melayaninya. Kebanyakan pemesan dari kalangan atas pejabat negara, konglomerat hingga selebritis.

Produksi batik Cilacap dikelola kelompok usaha perempuan Batik Rajasa Mas Maos yang berdiri tahun 2006.

Pendiri Batik tulis Rajasa Mas Maos, Euis Rohaini,  mengungkapkan pada awalnya usaha ini untuk mendukung kekurangan produk ekspor Kuzyu Collection ke butik Julia van Casual dan Toohooi yang ada di London, Inggris. “Pengembangan pertama batik tulis tradisional ini karena sebenarnya sudah dikuasai masyarakat Maos sejak abad ke-18 sehingga bisa dibilang turun temurun,” tutur Euis.

Perpaduan warna hitam dan cokelat rupanya menjadi daya tarik tersendiri bagi penggemar batik di Eropa. Dijelaskan hanya selang beberapa waktu,  pihaknya kebanjiran order dari pemilik butik di Indonesia, setelah pengembangan kreatifitas corak khas Maos dengan pola kontemporer. Perancang mode ternama yang berlangganan di antaranya Oskar Lawalata, Angelina Sondakh dan Ida Royani. Lainnya ada di Kampung Indonesia, Jakarta, dan lain sebagainya. “Kapasitas produksi batik tulis kami masih sangat kecil, baru 15 potong per hari. Kalau dihitung satu tahun total produksi sekitar 5.400 potong batik dengan ukuran sekitar dua meteran,” kata Euis yang kini mendapat dukungan dari ratusan karyawannya yang sebagian besar adalah kaum perempuan.

Diakui, usaha yang satu ini memang lebih diprioritaskan pada kalangan perempuan, dengan harapan dapat membantu mencukupi perekonomian pekerja. Selain di Maos pengembangan usaha batik Cilacap sekarang juga merambah ke Purbalingga. Peluang besar didapat produk batik Cilacap, ini terlihat dari sejumlah kegiatan pameran yang pernah diikuti kelompok usaha Euis. “Setiap kami membawa produk ke pameran pasti habis, seringnya stand kita tutup sebelum waktu habis. Bahkan  dulu di Jakarta malah sampai ambil barang dua kali karena banyak permintaan. Awal tahun ini, kesekretariatan negara juga pesan ada 500 potong untuk souvenir pada duta besar,” ujarnya.

“Kami mengirim 100 lembar ke Korea dan 500 lembar ke Inggris, sedikitnya sekali setiap enam bulan,” kata Euis. Namun ia prihatin akan menurunnya jumlah pembatiknya, yang awalnya 200 dan kini tinggal 40an orang saja. Harga jual batik tulis keluarannya berkisar dari Rp 200.000,- hingga Rp 1,8 juta per lembar, bergantung pada kualitas bahan, disain dan tingkat kerumitan motif.

Sejumlah pakar batik Indonesia seperti Iwan Tirta pun mengakui keunggulan mutu dan corak batik Maos. Tak heran jika wacana yang berkembang sekarang ini, akan muncul trend fashion  Indonesia dengan batik Cilacap pada tahun 2009 mendatang.

Menurut  staf Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindakop) Cilacap Supriatmono, pemerintah kabupaten Cilacap sangat komit dengan potensi batik yang ada. “Kami sudah ajukan ke pusat untuk pengembangan dan langsung disetujui. Akan turun APBN sekitar Rp 300 juta.”  Dijelaskan, pihaknya terus memfasilitasi promosi serta pendampingan pengembangan dengan dana APBD Cilacap. [Rien/humas/cilacapkab.go.id/juli2008]

Leave a Reply