Lebih Dari 50% Korban Trafiking Di Jabar Adalah Anak-anak

Judul asli pada website Institut Perempuan:

“Saya Ingin Menangani Kasus-Kasus Trafiking….”

Oleh: Trisiandari

child-trafficking-1v4smzc[INSTITUTPEREMPUAN] –  Jawa Barat merupakan salah satu sender area korban trafiking terbesar di Indonesia. Berdasarkan pemantauan media Jawa Barat yang dilakukan oleh Institut Perempuan selama bulan Januari – Juni 2007, terdapat 12 kasus trafiking yang menimpa 43 orang korban, 29 diantaranya adalah anak-anak. Kasus trafiking yang terjadi adalah kasus trafiking dalam negeri dan lintas batas negara. Untuk kasus trafiking dalam negeri, daerah tujuan adalah Batam, Madiun, Purwokerto. Sementara itu untuk kasus trafiking lintas batas negara, yang menjadi daerah tujuan adalah Malaysia dan Jepang. Jakarta dan Entikong menjadi daerah transit trafiking lintas negara.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh Institut Perempuan untuk mencegah dan menangani kasus trafiking adalah melakukan pelatihan penanganan kasus trafiking berbasis komunitas. Acara tersebut diadakan di Hotel Bumi Kitri pada tanggal 28 Januari – 1 Februari 2008.

Pelatihan tersebut diikuti oleh 20 orang perempuan aktivis komunitas yang berasal dari Kuningan, Cirebon, Subang, dan Indramayu. Pelatihan tersebut juga merupakan tindak lanjut dari pelatihan Migrasi yang Aman dan Pencegahan Trafiking Perempuan dan Anak yang diadakan pada November 2007.

Hadir sebagai fasilitator adalah Andi Akbar dan Evarisan. Dalam pelatihan tersebut peserta dilatih agar mampu menangani sendiri kasus-kasus yang terjadi di sekitar lingkungan mereka. Adapun materi-materi yang diberikan dalam pelatihan tersebut antara lain: teknik menangani kasus, investigasi, konseling, system rujukan, hak-hak korban, perlindungan dan perawatan sementara, dll.

Peserta tidak hanya diberikan teori tentang penanganan kasus tetapi juga langsung mempraktekkan teknik-teknik yang didapatkan dari pelatihan seperti teknik membuat surat, praktek konseling, dll.

Ibu Mimin, seorang peserta yang juga mantan buruh migran, mengatakan bahwa di sekitar lingkungannya banyak sekali kasus trafiking dan buruh migran. Ia ingin menolong tapi belum memiliki kemampuan untuk menangani kasus tersebut. “Saya sekarang jadi PD, karena sudah tau teknik-teknik penanganan kasus” tambahnya. Hal tersebut juga dikatakan oleh ibu Umasih peserta dari Subang, “Setelah pelatihan ini, saya ingin menangani kasus-kasus trafiking yang ada di sekitar lingkungan saya.”

Sebagai tindak lanjut dari pelatihan tersebut, peserta akan mencoba untuk menangani kasus-kasus buruh migran dan trafiking perempuan dan anak yang ada di komunitas mereka masing-masing. (*)

Leave a Reply