Mantan Hakim Hj. Soelidarmi Ciptakan Alat Penjernih Air

Hj. Soelidarmi SH
Hj. Soelidarmi SH

SOELIDARMI + KEDAULATANRAKYAT + NASARINEWS – Semasa bertugas sebagai seorang hakim di Mempawah, kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat, pada tahun 1981, Hj. Soelidarmi SH menghadapi kasus yang membuatnya kesal — yaitu buruknya kualitas air yang ada untuk kebutuhan rumahtangganya. Bila digunakan untuk mencuci pakaian, hasilnya bukan cemerlang melainkan menguning. Selain itu, air setempat menimbulkan iritasi pada kulit. Demi air bersih, mau tidak mau ia harus mengeluarkan biaya ekstra setiap bulan untuk memberi air eceran yang waktu itu bisa mencapai harga Rp 150,-/jerigen.  Bahkan kemudian ia sampai mengeluarkan uang Rp 20 juta untuk membeli mesin filter air reverse osmosis [RO].

Pengalaman ini yang memicu daya kreatifnya. Ia menyimak kerja mesin RO yang dibelinya dan mengatakan pada dirinya bahwa ia bisa membuat teknik serupa dengan biaya yang jauh lebih murah. Ide ini ia simpan di kepala bertahun-tahun, sampai ia pensiun pada tahun 2003 dari jabatannya yang terakhir, yakni sebagai hakim pengadilan negeri Sleman. Akhirnya diwujudkanlah idenya itu, sebuah alat sederhana yang efektif menyaring air tanpa perlu tenaga mesin atau listrik.

Alat ini terbuat dari kaleng-kaleng cat yang dilubangi dasarnya kemudian disusun vertikal. Kaleng paling atas diisi kapas, kaleng kedua diisi batu zeolit aktif [sudah direbus lima jam], dan kaleng ketiga atau yang terbawah diisi arang tempurung/batok aktif.  Air keruh dikucurkan dari atas sehingga harus melalui ketiga tahap saringan tadi. Hasilnya adalah air yang bersih untuk keperluan rumahtangga sehari-hari.

Soelidarmi [l. 1941] menamakan alat ciptaannya Alat Penjernih Air Tanpa Mesin [APATM]. Menurutnya, ia masih menunggu hak paten, yang sejak tahun 2007 diproses di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Alat yang terbuat dari pipa pralon, menggantikan tumpukan kaleng, telah diteliti oleh Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular Yogyakarta pada tanggal 21 Maret 2005 dan dinyatakan memenuhi syarat air minum. “APATM saya jual hanya Rp 300.000,-,” ujarnya.

“Alat ini bisa untuk menyaring air sungai yang kotor, juga air hujan. Caranya: tampung air hujan, lalu saring dengan PAT maka sifat licin atau ayit dari air hujan bisa hilang. Sebenarnya, masyarakat kita belum memanfaatkan air hujan karena masih terbuang percuma,” katanya. Di samping itu, PAT bisa dirakit di mana saja karena menggunakan bahan-bahan yang umum tersedia dan murah harganya. “Kalau perlu, bisa dibuat versi yang mini,” sambungnya.

Di rumahnya yang cukup luas di Banguntapan, Bantul, Yogyakarta, mesin RO yang dulu dibelinya kini dibiarkan menganggur saja. Mesin RO tiap jamnya hanya bisa menghasilkan air bersih 30 liter, katanya, sementara APATM bisa menghasilkan 1.500 liter/jam. “Banyak masyarakat yang bingung dengan air bersih, padahal air melimpah. Dengan alat ini, setiap tetes air akan layak guna di rumahtangga,” ujarnya.

Secara rinci Hj. Soelidarmi mengatakan, bahwa produk APATM yang dijualnya terbuat dari pipa pralon diisi dengan empat lapisan yaitu kapas/spon, batu ziolit, arang tempurung kelapa dan kapas/spon. Selain APATM, Hj. Soelidarmi juga menciptakan TWP (Traditional Water Purifier) atau PAT (Penjernih Air Tradisional), suatu alat penyaring bagi air yang tercemar.

Perempuan kreatif yang pernah dianugerahi piagam Setya Lencana Karya Satya 30 Tahun ini setiap hari mampu menjual sebanyak lima unit APATM. “Yang membeli kebanyakan orang dari luar Yogya,” ujarnya. Ada banyak peminat dari Sumatera dan Kalimantan yang berkonsultasi dan uji-pakai. “Saya sangat terbuka, siapa saja boleh belajar untuk membuat alat penjernih air ini,” paparnya.

Ia bercerita, bahwa sewaktu terjadi gempa Yogyakarta, tetangganya di Gedongkuning mengeluh melihat air sumurnya menjadi keruh dan berbau. Setelah memakai penjernih air temuannya, air menjadi jernih dan bau hilang.

sumber: http://soelidarmi.blogspot.com/ + Kedaulatan Rakyat Online + NasariNews

Leave a Reply