Mia Siscawati Rintis Pendidikan Lingkungan Sebagai Gerakan Relawan

Mia Siscawati

Di masyarakat pegiat lingkungan mancanegara, Mia Siscawati menjadi salah seorang narasumber yang amat dipercaya untuk berbicara soal pendidikan lingkungan di Indonesia. Ia diakui dunia sebagai seorang wirausahawan sosial yang merintis model pendidikan lingkungan pembaharu, yang menggalang jaringan relawan, pendidik, dan orangtua sebagai pengantar maupun penerus cita-citanya untuk melindungi alam dan melestarikan keberagaman hayati Indonesia.

Langkah-langkah pembangunan yang merusak selama beberapa dekade — seperti urbanisasi, industrialisasi dan penggalian mineral serta kekayaan alam lain yang membabi-buta — menyebabkan cepat menyusutnya keberagaman hayati di negeri ini, di samping juga memburuknya ekosistem yang amat rentan di mana-mana. Dari sekian banyak faktor yang mengakibatkan rusaknya lingkungan di negeri ini, salah satunya adalah kenyataan bahwa para pembuat kebijakan serta masyarakat pada umumnya sering tidak punya pengetahuan tentang persoalan-persoalan yang dibawa oleh pola pertumbuhan ekonomi yang ada sekarang, atau tentang jalur-jalur alternatif apa saja yang bisa ditempuh untuk menyelenggarakan sumber-sumber penghidupan yang berkelanjutan tanpa merusak sumberdaya alam.

Akibat ketidaktahuan itu maka terus-menerus terjadi pengurasan yang berlebihan dan perlakuan semena-mena terhadap sumberdaya alam. Lahir di Jakarta pada 29 Mei 1969, Mia Siscawati menjadi pemerhati masalah-masalah lingkungan sejak duduk di bangku SMA dan mulai terlibat langsung dalam kegiatan peduli lingkungan ketika kuliah di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian. Pada tahun 1992, Mia dengan didukung teman-teman mendirikan Rimbawan Muda Indonesia [RMI-The Indonesian Institute for Forest and Environment], lembaga swadaya masyarakat yang mempunyai visi “mewujudkan kedaulatan rakyat, perempuan dan laki-laki, atas tanah dan sumber daya alamĀ  serta pengelolaan sumber daya alam mereka secara adil, setara, demokratis, dan berkelanjutan”.

Melalui RMI, Mia memprakarsai suatu model pendidikan pembaharu yang bertujuan membangun pengetahuan masyarakat luas tentang lingkungan. Mia berkeyakinan, bahwa melalui jaringan pendidikan lingkungan yang meluas dan berkelanjutan, suatu gerakan lingkungan dapat dihidupkan di Indonesia, yang mana pada gilirannya kelak akan memupuk sikap hidup yang ramah pada lingkungan dan sayang pada keberagaman hayati. Menurutnya, pengetahuan tentang bagaimana memanfaatkan serta mengelola sumberdaya alam secara baik dan benar hanya dapat dipupuk melalui pendidikan.

Strategi Berbasis Masyarakat

Mia melihat Kebun Raya Bogor di Jawa Barat sebagi suatu media pendidikan lingkungan yang begitu ideal. Namun Mia mendapatkan dari data, bahwa hanya dua persen pengunjung Kebun Raya Bogor yang datang untuk tujuan pendidikan. Dengan tekad meningkatkan angka itu, Mia kemudian menciptakan program tur terpandu untuk tujuan pendidikan di Kebun Raya Bogor. Ia menamakannya Rute Pendidikan Lingkungan yang disingkat menjadi REPLING.

Ada dua pilihan bagi peserta: gabung dengan kelompok tur yang didampingi seorang pemandu atau berkeliling sendiri dengan dipandu peta dan brosur. Disediakan bahan panduan yang disesuaikan untuk kelompok-kelompok usia berbeda-beda, dan 75 orang relawan khusus dilatih untuk jadi pemandu.

Tanggapan masyarakat sangat membesarkan hati. Antara tahun 1994 dan 1995, lebih dari 3.000 pelajar berpatisipasi di program pendidikan lingkungan Mia tersebut. Dengan tekun Mia dan teman-teman terus menjalin hubungan dengan sekolah-sekolah maupun para orangtua untuk menumbuhkan minat berkunjung ke Kebun Raya Bogor. Ia mengajak setidaknya 178 sekolah di berbagai provinsi, di samping kelompok-kelompok perempuan, biro-biro wisata dan bank-bank.

Mia membagi jaringan relawannya menjadi dua kelompok, yakni para fasilitator dan para perantara. Fasilitator adalah mereka yang telah menjalani program pendidikan lingkungan dan menjadi pendidikan lingkungan formal di program-program yang dibuat oleh Mia atau di tempat kegiatan profesinya [seorang guru, misalnya, akan memberikan pendidikan lingkungan di sekolahnya]. Bahkan ada yang membentuk wadah pendidikan lingkungannya sendiri. Perantara adalah mereka yang pernah mengikuti program pendidikan lingkungan Mia, bukan untuk menjadi pendidik kelak, melainkan karena kepeduliannya sebagai warga masyarakat. Biasanya mereka adalah para pelajar atau anak-anak, termasuk mereka yang mendampingi, seperti guru dan/atau orangtua.

Strategi Mia menunjukkan beberapa asas penting dalam membangun basis keanggotaan. Yang pertama adalah, bahwa kunci penggalangan dukungan rakyat terletak pada upaya membuat mereka mengerti betul bagaimana penghidupan dan gaya hidup mereka sedikit-banyak tertolong oleh kegiatan relawan yang mereka lakukan untuk masyarakat. Kedua, karena masyarakat umum mungkin tidak mempunyai kaitan langsung dengan kerja organisasi, maka perlu ditemukan apa yang jadi kehendak hati mereka dan menggunakannya sebagai pengait ke kerja organisasi. Mia berhasil menciptakan pembaruan ke dalam siklus pendidikan lingkungan yang berkelanjutan, yakni dengan membawa masyarakat luas ke dalam siklus keanggotaan.

Tantangan ke depan yang dihadapi oleh Mia dan kawan-kawan adalah bagaimana memelihara kadar partisipasi dan dedikasi masyarakat, mengingat banyak yang peduli tetapi tidak mampu meluangkan waktu untuk menjadi relawan. Itulah sebabnya Mia dan kelompoknya berupaya kreatif dalam berstrategi ke depan.

Bangun Kampung Pendidikan Lingkungan

Saat Mia meluncurkan REPLING, pendidikan lingkungan memang bukan sesuatu yang baru di Indonesia. Yang baru dari gagasannya adalah gerakan pendidikan lingkungan yang menumpukan kekuatannya pada jaringan relawan yang datang dari masyarakat umum, sehingga kekuatan ini selalu mampu memperbarui diri dan berkelanjutan. Atas sumbangsihnya ini, pada tahun 1995 Mia Siscawati menjadi satu-satunya wirausahawan sosial Indonesia yang terpilih sebagai Ashoka Fellow dan memperoleh dukungan untuk menjalankan program utamanya: ‘Kampung Pendidikan Lingkungan Berbasiskan Kerakyatan’.

‘Kampung Pendidikan Lingkungan’ [KP] dibangun oleh RMI di desa Cimande yang berada di kaki gunung Salak, Jawa Barat, dan dicapai melalui jalan setapak yang membelah pedesaan. Rampung pada tahun 2002, tujuan awalnya adalah menyelenggarakan pendidikan lingkungan secara terpadu. Pada perjalanannya, KP kemudian berkembang lebih jauh menjadi penyelenggara training, seminar dan workshop yang berhubungan dengan pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) dengan program-programnya yang unik dan menggunakan media lingkungan.

Program RMI yang lain adalah ‘Kedai Halimun’, sebuah tempat untuk mengakses and bertukar informasi tentang bagaimana mengelola sumberdaya alam dan menjaga keberagaman hayati, sebagaimana dipraktekkan oleh masyarakat-masyarakat yang hidup di lingkungan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, yang bisa menjadi percontohan bagi masyarakat-masyarakat di lokasi lain. Di kedai ini pun masyarakat dapat membeli berbagai produk tani asli kawasan Halimun dan sekitarnya, seperti gula aren, kopi ‘misdok’ khas Halimun, beras asli Citorek dan madu hutan Baduy.

Menurut catatan bio di Ashoka.org, ketika Mia memilih meneruskan ke fakultas kehutanan IPB, orangtuanya keberatan dan menyarankan agar ia pilih jalur yang beda. Tetapi Mia berhasil meyakinkan kedua orangtuanya bahwa dengan mengabdi pada kelestarian alam dan keragaman hayati, ia akan membantu kesejahteraan manusia. Keluarga Mia sendiri adalah keluarga yang kental dengan kegiatan wirausaha sosial. Ibunya adalah seorang guru taman kanak-kanak yang giat mengembangkan koperasi. Sedangkan neneknya adalah pensiunan jururawat yang aktif membuka kelas-kelas alternatif bagi warga yang buta-huruf dengan dana yang ia tabung dari usaha kateringnya. Setelah memperoleh gelar sarjana dari IPB, kini Mia melanjutkan studinya untuk memperoleh gelar doktorat di bidang antropologi sosial budaya dari University of Washington, Amerika.

Serikat. sumber-sumber:

http://www.citizenbase.org

http://kampungpendidikanlingkungan.blogspot.com/

http://www.rmibogor.org

http://www.ashoka.org

http://www.jakartapost.com

Leave a Reply