Soraya Bangun Kembali Dusun Puton Setelah Diratakan Gempa Yogya

Oleh Eva Suarthana (http://suarthana.blogs.friendster.com)

pemukiman sementara korban gempa

Siapakah Soraya?  Selesai dari program master double degree IHS Rotterdam akhir tahun 2005 lalu, Soraya tak lebih dari seorang pegawai yang bekerja di Jakarta dan seorang ibu dari seorang putra yang bertempat tinggal di desa Puton, Bantul, DI Yogyakarta.

Dari sini saja saya sudah berpikir betapa beratnya hidup yang harus dijalani oleh Soraya dan keluarga.

Hampir setiap akhir pekan atau paling tidak dua minggu sekali Soraya pulang ke Yogya untuk berkumpul dengan anak dan suami. Sampai Sabtu, 27 Mei 2006 dini hari, gempa mengguncang Yogyakarta dan sekitarnya. Soraya dan sekeluarga mengucap syukur karena mereka sekeluarga selamat, walau rumah rata dengan tanah. Kepala Dusun Puton wafat akibat gempa dan sejak hari itu Soraya memulai peran barunya memimpin warga desa melewati masa krisis dan merekonstruksi kembali desa mereka pasca gempa..

mushola baru dusun PutonMengapa Soraya? Sebagai satu-satunya warga desa yang punya network kaliber nasional dan internasional yang memungkinkan masuknya bala bantuan untuk korban gempa, Soraya yang saat itu tengah hamil 3 bulan memulai dengan mengkoordinasi penyaluran bantuan medis, penyediaan tenda darurat, dan sekolah darurat. Saat kehamilan memasuki usia 7 bulan, bersama tim arsitek Bambu Tak Gentar, Soraya dan warga Puton membangun kembali tiga mushola dan masjid untuk menyambut Ramadhan dan Idul Fitri. Alhamdulillah, di malam takbiran ketiga mushola dan masjid tegak berdiri dan dipadati oleh penduduk yang memanjatkan puji- pujian kehadirat Allah SWT.

masjid baru dusun PutonHingga detik-detik menjelang kelahiran, Soraya bersama Tim Cordaid IHS mengejar target pembangunan 200 rumah darurat sebelum musim hujan tiba, “Kasihan kalau saat hujan turun warga masih tinggal di tenda, repot… Walau sekarang gerak saya agak terbatas karena hamil tua,” katanya. Alhamdulillah tanggal 8 Desember, Soraya melahirkan seorang bayi perempuan yang sehat. Tapi tidak sampai seminggu berdiam di rumah, bayi itu menjadi saksi kesibukan sang ibu mendistribusikan semen dan material untuk pembangunan 200 WC untuk warga, subhanallah… Mungkin tidak ada istilah lelah di dalam kamus seorang Soraya.

“Saya hanyalah seorang pelaksana amanah…”, ucap Soraya.

sumber: http://suarthana.blogs.friendster.com/my_blog/2007/02/index.html

Leave a Reply