Warna-warni Diela Maharanie Mendunia

HITSSS.COM+DETIK.COM+ILOVECONVERSATION – Dari akuntan lalu memutuskan jadi ilustrator, dan kini terus berkarya di dunia seni ilustrasi hingga eksis ke mancanegara, inilah kisah Diela Maharanie.

Masyarakat Indonesia patut berbangga diri karena memiliki seniman handal Diela Maharanie. Kini karya Diela dalam bentuk stiker hadir di fitur media sosial Instagram berdampingan dengan karya seniman dunia lainnya.

Stiker yang merupakan ekspresi visual sama seperti foto dan video itu berbentuk hati. Dalam keterangan tertulis yang terdapat di situs Instagram, Kamis (28/9/2017), keenam stiker dibuat oleh komunitas global Instagram. Siapa sajakah enam seniman tersebut?

Diela Maharanie atau @dielamaharanie yang dikenal sebagai ilustrator berbasis di Jakarta ingin menciptakan dunia yang penuh warna dengan sentuhan ironi. Meski ilustrasinya warna-warni, karakternya tetap melankolis.

“Melalui karya seninya, dia mencoba mengembangkan estetikanya sebagai saluran untuk mengekspresikan pemikiran dan gagasan yang ada di sekelilingnya,” tulis keterangan Instagram.

Tidak mudah bagi seorang Diela Maharanie untuk menjadi seorang ilustrator.Untuk menyadari apa yang dia inginkan, Diela harus menempuh rute yang sulit. Terlahir sebagai anak yang aktif dalam berbagai kegiatan seperti karate dan balet, Diela Maharanie memiliki sisi artistik dan rasa penasaran yang tinggi. Seperti halnya remaja berdarah seni lainnya, dia seringkali menghabiskan waktunya mencoret – coret di belakang kelas, ketika guru Matematika sedang menjelaskan.

Selepas SMA, Diela Maharanie masuk Fakultas Ekonomi atas pengaruh keluarganya. Di tengah periode perkuliahan, Diela dropout karena memang tidak ada ketertarikan dengan angka dan statistik. Lalu Diela mengalami turning point, ketika suaminya yang juga seorang seniman memperkenalkannya pada dunia seni kontemporer.

“To me it’s kinda a big decision that would change my life entirely.”

Diela tergolong versatile sebagai seorang ilustrator. Dia mempelajari dan menerapkan penggunaan digital tablet, maupun cat air pada karya – karyanya. Sisi estetika yang bebas dan kuat dari Frida Kahlo memberi pengaruh besar baginya. Dia tergerak untuk menemukan sesuatu nilai yang nyata sebagai seorang seniman, melalui karya seni Frida Kahlo. Pencarian ide sebuah karya merupakan sesuatu hal yang sakral baginya. Diela mengawalinya dengan berkhayal dan membiarkan fikirannya melayang. Terkadang dia bisa berada pada fase meditative itu untuk waktu yang lama, hingga dia betul – betul menemukan sebuah pendekatan yang cemerlang.

Sering melihat sang ibu melakukan pekerjaannya sebagai penjahit, memilah-milah lembaran bahan, bermain dengan pola dan benang jahit, menjadikan Diela Maharanie peka terhadap aneka tekstil dan warna. Ditambah dengan bakat dan passion-nya dalam menggambar, maka jadilah Diela seorang ilustrator yang memiliki kemampuan dan sensitifitas lebih untuk menciptakan karya unik. Misalnya, ia memanfaatkan keahliannya menjahit dan menyulam, untuk membuat karya lukis dengan sentuhan bordir.

Diela dikenal sebagai salah satu seniman muda dalam negeri bertalenta. Karya ilustrasinya berciri khas tokoh perempuan, dengan warna cerah, ceria, dan berani, segar dengan sentuhan jiwa muda, terlihat bebas, dinamis dan inspiratif, menjadikan daya tarik tersendiri bagi penikmatnya. Perempuan yang lahir pada 8 Oktober 32 tahun silam ini, kini terus fokus berkarya di dunia seni ilustrasi, hingga sukses menorehkan namanya melalui berbagai pameran di luar negeri.

“Ke mana pun saya pergi, saya selalu sedia sketch book dan beberapa alat tulis dan spidol.” | Foto > Dok. Diela Maharanie

Hitsss (H): Bagaimana kisah awal mula Diela terjun sebagai ilustrator dan mengapa memilih profesi ini?

Diela Maharanie (DM): Menggambar bukan bakat yang saya sadari sejak dulu, karena saya kenal menggambar dari les yang saya ikuti di luar waktu sekolah. Bahkan saya tidak mengambil jurusan kuliah yang ada hubungannya dengan menggambar. Berbeda dengan ilustrator lain yang mungkin didukung bakatnya dengan studi itu. Namun semasa saya kuliah di akutansi, saya didekatkan kembali dengan lingkungan yang berisi teman-teman yang suka menggambar. Akhirnya saya kembali ikutan menggambar, tapi belum terpikir untuk menjadikannya profesi.
Saya pun sempat bekerja sebagai seorang akuntan, namun tidak meninggalkan kegiatan menggambar. Saat itu sudah mulai muncul tren media sosial, seperti Friendster, Blogspot, dan DeviantArt, saya pun ‘tertular’ untuk ikutan membuat akun-akun media sosial. Akun saya di DeviantArt menjadi galeri dunia maya pertama saya. Sejak awal saya tanpa sengaja menemukan karakter yang pas terhadap ilustrasi yang saya ciptakan, yaitu tokoh perempuan, yang penuh warna dan pola, dan memiliki cerita tersendiri.

Saya pun menemukan minat saya yang sesungguhnya, yang terletak pada ilustrasi. Lalu saya pindah tempat kerja di sebuah perusahaan yang bisa menerima saya sebagai ilustrator. Saya sangat mengedepankan portofolio yang saya miliki sebagai nilai lebih, karena saya tidak memiliki latar belakang pendidikan sebagai ilustrator.
Hingga pada tahun 2011, saya yakin untuk meninggalkan perusahaan tersebut dan memilih untuk ‘jalan sendiri’. Karena dengan begitu saya dapat mempertahankan kebebasan berkarakter yang saya miliki.

H: Bagaimana perkembangan karya-karya ilustrasi Diela dari dulu hingga sekarang?

DM: Pastinya banyak kemajuan, karena saya semakin mengenal akan karakter yang saya miliki dalam karya-karya saya. Pengetahuan yang saya miliki juga semakin berkembang. Saya pun semakin ke sini semakin akrab dengan berbagai media untuk membuat ilustrasi, juga dengan produk keluarannya. Kalau dulu saya hanya bisa menjual ilustrasinya saja, kini saya bisa menjual produk keluarannya juga, seperti pouch, scarf, baju, dan lain-lain.

Didukung juga dengan perkembangan teknologi. Tawaran pekerjaan yang lain pun berdatangan, salah satunya mural. Saya kini sudah dapat memilih tawaran pekerjaan yang datang. Apabila tidak sesuai karakter saya, saya menolak.

Sejak kecil, saya sering ikut ibu saya ketika belanja bahan ke pasar Mayestik. Saya jadi banyak belajar mengenai berbagai macam bahan dan karakternya. Pengetahuan ini membantu saya saat menemui klien perancang busana. Saya bisa memberikan saran dalam hal pemilihan bahan.

Sticker Instagram karya Diela Maharanie

H: Apakah ada kegiatan khusus yang Diela lakukan untuk memperoleh inspirasi?

DM: Tidak ada perlakuan khusus, tapi membaca buku dan menonton film dapat memberikan saya banyak inspirasi. Percakapan, mode, scene, atau bahkan lagu latar yang ada dalam film, sering menginspirasi saya. Saya suka sekali buku-buku dengan cerita fantasi, seperti buku trilogi His Dark Material karangan Philip Pullman.

H: Bagaimana Diela mendeskripsikan karya ilustasi yang Diela ciptakan?

DM: Seorang perempuan yang sifatnya kebanyakan gloomy, tapi memiliki nuansa warna-warni, terlihat dari pewarnaan yang saya berikan. Saya juga suka sekali dengan pola, mungkin karena sejak kecil saya sering melihat ibu saya berkutat dengan kegiatannya sebagai penjahit. Saya sering membantu ibu saya menyusun benang sesuai warnanya. Oleh karena itu saya jadi ‘sadar’ sama warna-warna.

H: Bagaimana Diela menjalankan profesi ilustrator di dunia industri kreatif?

DM: Karya ilustrasi saya awalnya muncul di DeviantArt. Saya tidak mengira ternyata karya-karya saya diajak ikut pameran South East South West (SESW) di Austin, Amerika Serikat, tahun 2010 lalu. Itulah kali pertama karya saya dibawa keluar Indonesia. Saya memanfaatkan fitur di DeviantArt untuk menjual karya saya. Serta dijual juga melalui eyesonwalls.com, sebuah e-commerce di Amerika Serikat yang menjual berbagai karya seni, sehingga banyak pembeli berasal dari sana. Saya banyak belajar bagaimana menentukan harga terhadap karya-karya yang saya hasilkan, baik buatan saya maupun permintaan klien. Biasanya bergantung pada tingkat kesulitan dan media yang diinginkan. Semakin ke sini, klien saya pun beragam, kebanyakan dari perancang busana atau merek mode lokal, seperti Mel Ahyar (Happa), Fond, dan masih banyak lagi.

Beberapa karya Diela Maharanie

H: Apa proyek yang paling Diela suka?

DM: Yang paling menantang itu membuat mural. Lelah tapi saya senang mengerjakannya. Membuat gambar pada media yang besar, dengan memakan waktu minimal tiga hari. Selain itu juga beberapa proyek dengan perancang busana. Melihat karya ilustrasi saya dituangkan dalam baju, lalu melihat ada yang memakainya, rasanya senang sekali.

H: Dari segi penghasilan, mana yang lebih menjanjikan sebagai akuntan, ilustrator di sebuah perusahaan, atau ilustrator lepas?

DM: Semuanya relatif. Kalau masih di perusahaan, sudah jelas sebulan dapat berapa. Tapi kalau pekerja lepas, tergantung seberapa keras kerjanya. Bagaimana membangun portofolio, mencari pasar, dan rajin mengembangkan kemampuan diri. Dengan proyek yang macam-macam, saya pernah mematok harga dari tiga juta hingga 50 juta rupiah. Yang mahal adalah proyek mural.

H: Sebagai seorang ilustrator, kesulitan apa yang pernah dihadapi Diela?

DM: Sebenarnya tidak ada kesulitan yang berarti. Tapi saya pernah menghadapi kendala menghadapi klien yang memiliki permintaan ilustrasi di luar dari karakter yang biasa saya kerjakan. Pernah juga saya menemui klien yang tidak tahu ingin dibuatkan ilustrasi seperti apa. Oleh karena itu, saya harus banyak berkomunikasi lebih lanjut dan menggali banyak ide diantara saya dan klien.

Diela Maharanie for Suvarnabhumi ss15 by Mel Ahyar | Foto > Diela Maharanie

H: Apa pencapaian terbaik yang telah Diela raih?

DM: Saya merasa telah berhasil menggapai profesi yang saya inginkan, sebagai seorang ilustrator. Meskipun saya tidak memiliki latar pendidikan di bidang desain dan seni, tetapi saya bisa meraihnya karena passion saya sebagai ilustrator yang sangat kuat. Untuk bisa konsisten menggambar dan menghasilkan karya adalah salah satu pencapaian terbaik juga bagi saya. Karena menurut saya, sebagai ilustrator yang ingin terus eksis dan berkembang, serta berbisnis melalui karya-karya saya, yang saya bisa lakukan adalah terus berkarya. Saya bersyukur untuk tidak kehilangan inspirasi serta tidak terputus ‘nafsu’ menggambarnya. Selain itu keikutsertaan karya-karya saya dalam berbagai pameran seni di luar negeri, juga menjadi pencapaian terbaik bagi saya. Meski saya belum mendapat kesempatan ikut hadir juga di pameran itu, namun kini semakin banyak orang yang mengenal karya-karya saya.

H: Bagaimana Diela memasarkan diri sebagai seorang ilustrator?

DM: Saya sangat berterimakasih dengan teknologi dan fasilitas internet. Saya muncul sebagai ilustrator dengan bantuan berbagai media sosial dan galeri dunia maya tempat saya menaruh karya. Meskipun awalnya hanya iseng mengunggah di media sosial, namun lama-kelamaan ada beberapa orang yang meminta untuk dibuatkan karya ilustrasi tertentu. Saat ini, saya benar-benar memanfaatkan akun Instagram @DielaMaharanie sebagai galeri saya yang paling efisien. Saya juga bekerjasama dengan Catalyst dan Hello2Madison, untuk memasarkan produk keluaran ilustrasi saya, seperti pouch, scarf, hingga tote bag.

“Mural adalah proyek favorit saya.” | Foto > Dok Diela Maharanie

H: Siapa sosok yang banyak menginspirasi karya-karya Diela?

DM: Waktu kali pertama saya terjun lagi untuk menggambar, inspirasi saya adalah suami saya sendiri, Prasajadi Heru. Kebetulan profesi dia saat itu juga sebagai ilustrator, tapi lebih ke komik. Kami menikah tahun 2009 lalu. Semasa pacaran, saya sering melihat ia menggambar. Hal itu menjadi stimulan tersendiri bagi saya untuk ikutan menggambar. The Beatles juga banyak memengaruhi karya-karya saya. Saya dapat menuangkan lirik-lirik lagu mereka ke dalam ilustrasi. Selain itu beberapa penulis seperti Philip Pullman dan Neil Gaiman juga banyak memberikan inspirasi bagi saya.

H: Bagaimana Diela menghadapi persaingan dengan sesama ilustrator?

DM: Di Indonesia, persaingan sesama ilustrator masih wajar saja. Melihat banyak sekali lahan yang bisa digarap untuk produk keluarannya, seperti mode, periklanan, media, editorial, dan lain-lain. Namun dengan karakter yang saya bangun, saya rasa saya tidak perlu terlalu khawatir kehilangan pasar. Semakin meningkat persaingannya, maka semakin jelas terlihat bahwa profesi ilustrator ini memang dapat dijamin kredibilitasnya.

Sebelumnya, para ilustrator dihargai sangat murah, namun karena industrinya kini sudah terbentuk, kami dapat menentukan harga yang pantas sesuai pekerjaan kami.

H: Apa hobi Diela yang sering mengisi hari-hari Diela, selain menggambar tentunya?

DM: Saya suka sekali menonton film, dan membaca buku fantasi. Keduanya dapat membantu saya menggali banyak inspirasi. Saat ini saya sedang memulai hobi baru yaitu menenun, sepertinya bisa dibawa ke bisnis juga, hehehe.

H: Seperti apa sosok Diela Maharanie jika harus disebutkan dalam 5 kata?

DM: Mood-swing, easy going, passionate, terkadang skip (dalam hal manajemen waktu, hehehe), dan kreatif.

H: Apakah ada keinginan untuk membuat merek mode sendiri dari karya-karya ilusrasi Diela?

DM: Sepertinya tidak, karena membuat merek mode atau semacamnya, tidak bisa dijadikan pekerjaan sampingan semata. Saya hanya ingin fokus membuat ilustrasi. Sementara jika harus memikirkan pengelolaan merek mode pastinya akan terpecah waktu dan pikirannya. Pun selama ini saya banyak menerima klien dari orang di industri mode.

H: Apakah ada cita-cita sebagai seorang ilustrator yang belum tercapai?

sumber > web

DM: Ingin sekali punya toko seni sendiri. Tempat menjual produk-produk hasil ilustrasi yang saya bikin. Lalu ada studio juga di dalamnya untuk saya bekerja. Namun perlu biaya tidak sedikit dan saya masih sedikit ragu dengan diri sendiri apakah saya bisa mengelolanya, jika suatu saat nanti diberi kesempatan. Menurut saya, diperlukan manajemen yang total. Saat ini saya masih menabung dulu, hehehe. Selama ini saya masih bekerjasama dengan Catalyst dan Hello2Madison, untuk membantu mendistribusikan produk-produk hasil ilustrasi saya. ::

Leave a Reply