Ibu-ibu RW02 Gilang Gemilang Tangkis Jeratan Rentenir

plheroe_kaumibu11
Jumiati, warga Gilang di Jawa Tengah.

[PK3P] – Untuk membangun kepedulian masyarakat terhadap kesulitan yang dialami warga di sekitar lingkungannya, diperlukan hati nurani yang tulus. Seperti yang terjadi di RW 02 Kelurahan Gilang, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Hati nurani kaum ibu di wilayah tersebut tersentuh oleh kesulitan yang dialami warga sekitarnya. Dari musyawarah, lahirlah gagasan pendanaan swadaya melalui sarana arisan dan usaha simpan pinjam.

“Semua ini berawal ketika kami mendengar keluhan warga sekitar, yaitu tentang jeratan lintah darat atau rentenir. Akibat kesulitan hidup, mereka terpaksa meminjam uang, dengan bunga yang amat tinggi,” ujar Jumiati (49), seorang warga RW 02, Kelurahan Gilang, saat dikunjungi di kediamannya, akhir Januari 2008.

Menyikapi hal tersebut, dia dan beberapa kaum ibu lain mengumpulkan uang seadanya guna menanggulangi kesulitan tetangganya. ”Setelah kejadian itu dan melalui proses pertemuan formal kaum ibu setempat, terbentuklah Kelompok Simpan Pinjam dan Arisan Warga RW 02,” kata Jumiati.

“Kami yang berkumpul saat itu bersepakat membentuk kelompok, karena ketersentuhan hati kami sekaligus ingin membantu mereka yang mendapat kesulitan. Kelompok ini berdiri sejak 2003, dengan keanggotaan awal hanya sekitar 15 orang. Tapi, saat ini telah menjadi 250 orang,” tegas Jumiati, yang juga berprofesi sebagai Kepala Sekolah Dasar Krembangan dan istri pejabat Ketua RW 02 Suprapto.

Menurutnya, uang yang ditabung oleh warga mampu dan anggota kelompok selanjutnya dipinjamkan kepada mereka yang membutuhkan, dengan bunga/jasa sebesar 2%. Sedangkan kepada para penabung, akan mendapat bunga 1%, sisanya yang 1% disimpan bendahara untuk kepentingan sosial.

“Beberapa kegiatan sosial telah dilakukan kelompok kami ini. Pada tahun 2005, desa kami mendapat bantuan pembangunan insfrastruktur dari pemda berupa block grant sebesar Rp 45 juta. RW 02 mendapat jatah Rp 25 juta, karena pekerjaan pembuatan paving jalan sepanjang 700 meter dan lebar 3 meter memerlukan anggaran Rp 55 juta. Untuk itu, warga patungan dan menghasilkan Rp 18 juta. Sisa kekurangannya, sebesar Rp 12 juta, ditutupi dari dana perkumpulan simpan pinjam kaum ibu,” jelas Jumiati, yang saat itu didampingi beberapa pengurus kelompok lainnya.

plheroe_kaumibu2Selain itu, pada tahun 2006, kelompok ini juga membangun gapura di pintu masuk RW 02, yang menghabiskan dana Rp 7,5 juta. Selanjutnya, kelompok ibu-ibu ini merealisasi pemasangan lampu neon sebanyak 40 tiang lampu penerangan jalan di 5 RT, di mana masing-masing RT memiliki meteran listrik sendiri. Kegiatan tersebut menghabiskan dana Rp 10 juta. “Kelompok ini juga memiliki peralatan untuk pesta senilai Rp 25 juta, yang hasil sewanya merupakan  penambah saldo kas bagi perkumpulan,” tutur Jumiati.

Hingga kini, hasil simpanan kelompoknya telah dimanfaatkan oleh sekitar 200 orang anggota, dengan akumulatif dana bergulir Rp 75 juta. “Semua kegiatan ini didukung sepenuhnya oleh para suami. Saat ini kami sedang membuat seragam bagi seluruh anggota, dengan mengalokasikan dana sebesar Rp 26 juta, sehingga saldo kas akan bersisa Rp 46 juta,” urai Jumiati.

Lebih lanjut, Jumiati menegaskan, setiap kegiatan yang akan dilakukan selalu dirapatkan dengan semua pengurus dan anggota. “Transparansi dan akuntabilitas juga kami terapkan di perkumpulan ini, agar tidak terjadi kecurigaan dalam pengelolaan dana anggota,” katanya. [www.pk2kp.org/heroe k/p2kp/Firstavina/april2008]

Leave a Reply