Kripik Pisang Angkat Agus Besar Dari PHK

cerita lapang agus samsiar[PPSW.OR.ID] – “Agus Besar” itulah sapaan akrabnya di kalangan kerabat dan sahabat. Sapaan ini tentu saja karena Agus Samsiar, nama sebenarnya, memiliki tubuh yang besar. Ibu dua anak ini lahir di Pontianak, Kalimantan Barat, pada tanggal 8 Agustus 1972. Selain sebagai pelaku usaha kecil, kesehariannya juga disibukkan dengan mengajar di Pendidikan Anak Usia Dini di dekat rumahnya. Agus Besar juga Ketua RT di wilayah pemukimannya, di Parit Mayor Kecamatan Pontianak Timur.

Berdagang adalah hobinya sejak dulu. Ketika masih bekerja sebagai buruh di salah satu pabrik kayu, ia sudah mulai berjualan. Pada waktu itu dagangannya berupa perlengkapan rumahtangga dan cemilan seperti kacang. Kebiasaan tersebut terus berlanjut sampai dia bergabung dengan kelompok dampingan Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita (PPSW) setempat.

Berjualan kemudian menjadi satu-satunya tumpuan hidup yang berarti setelah ia terkena PHK. Ketika berjualan menjadi pekerjaan serius, Agus Besar bingung apa yang harus dijual dan apa yang bisa ia produksi sendiri sebagai barang dagangan. Dari PPSW ia mendapat dorongan motivas dan diperkenalkan dengan Lembaga Swabina Prakarsa untuk melatih diri agar mampu menjadi pengusaha sukses melalui UMKM. Lembaga ini dikenal juga dengan “Inkubator BI”, yang merupakan program pengembangan UMKM dari Bank Indonesia perwakilan Kalimantan Barat.

Di lembaga inilah dia belajar cara memproduksi dari pengolahan, teknik pengemasan produk, cara mendapatkan pinjaman, sampai cara pemasaran. Agus Besar dilatih untuk membuat keripik pisang, yang memang merupakan produk cemilan yang ia pilih sendiri. Kebetulan Agus Besar sangat suka sekali mengemil dan berpikir untuk menyalurkan kesukaannya ini menjadi keahlian dalam dalam membangun ladang usaha sendiri.

Alat yang digunakannya untuk memproduksi keripik pisang sebenarnya sudah lima tahun dia miliki. Tapi hanya disimpan saja karena dia tidak tahu cara menggunakannya. Setelah dilatih di Inkubator BI, akhirnya ia fasih menggunakan alat miliknya itu untuk memproduksi keripik pisang dengan tampilan yang sangat menarik dan renyah. Karena berhasil menyuguhkan suatu kudapan yang baik, maka Agus Besar pun sering diundang untuk menyertakan produk kripik pisangnya pada pameran-pameran UMKM. Pengalamannya mengikuti pameran membuatnya lebih mapan dalam memperkenalkan produknya secara tatap muka  di dalam kancah pergaulan maupun ke khalayak ramai di lingkungan tempat tinggalnya.

Sekarang Agus Besar sudah memasang target tiga kali produksi selama satu minggu. Untuk itu, ia mempekerjakan dua orang karyawan. Dalam satu minggu, Agus Besar mampu menghasilkan 60 kg kripik pisang. Omzet yang dihasilkannya mencapai Rp 2,5 juta per bulan. Karena keuletannya dan perhatiannya pada kualitas, Agus Besar menerima dana hibah di tingkat nasional dari Kementerian Koperasi melalui program Gerakan Kewirausahaan Nasional.

Agus Besar menamakan produk keripik pisangnya “Nimo”, diambil dari Nemo, tokoh ikan di salah satu film animasi untuk anak-anak. Akan tetapi karena kesalahan cetak pada saat mencetak, label nama menjadi “Nimo”. :: PPSW.or.id

via Si Gempal Yang Aktif.

Leave a Reply