Martha Tilaar Bawa Usahanya Masuk Hitungan Global Compact Lead PBB

[KOMPAS+SWA] – Perusahaan kosmetika dan perawatan tubuh Indonesia, Martha Tilaar Group, terpilih sebagai salah satu dari 54 perusahaan dunia yang menjalankan platform terbaru, Global Compact Lead, yang diinisiasi Global Compact PBB. Bertempat di Davos, Switzerland,  28/1/2011 lalu, perusahaan ini dilantik oleh Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon sebagai satu-satunya perusahaan partisipan Global Compact Lead dari Indonesia. Bisnis kecantikan yang dimulai dari salon rumahan bernama Martha Salon di era 70-an, kini bertransformasi menjadi perusahaan besar yang diakui PBB, dan setara dengan ribuan perusahaan besar dari seluruh negara.

“Menjadi bagian dari Global Compact Lead menjadi pencapaian bagi saya, karena bisa menjadi perusahaan role model yang diakui PBB,” tutur Martha kepada Kompas Female, Kamis (17/2/2011) lalu.

Pengakuan ini menempatkan Martha Tilaar Group berdiri berdampingan dengan sejumlah perusahaan besar dunia, seperti Unilever Inggris, The Coca-Cola Company Amerika, Nestle SA Switzerland, Novartis International AG Switzerland, Bayer AG Jerman, Natura Cosmeticos S/A Brazil, dan sederet perusahaan lain yang kebanyakan adalah perusahaan teknologi informasi.

Martha menjelaskan, keterlibatannya dalam Global Compact PBB tak lepas dari konsistensinya menjalankan empat pilar perusahaan yang bersentuhan dengan pelestarian lingkungan, pemberdayaan perempuan, edukasi, dan melestarikan kebudayaan. Adalah LSM Perancis yang merekomendasikan Martha Tilaar Group untuk menjadi bagian Global Compact. LSM ini, kata Martha, menyaksikan sendiri kegiatan pendidikan di Balisari Spa & Training Center yang konsisten memberikan wadah bagi perempuan korban trafficking untuk mengembangkan dirinya. Perusahaan yang menjalankan misi kemanusiaan dan sejumlah kriteria lain seperti antikorupsi menjadi penilaian mengapa akhirnya PBB memilih Martha Tilaar Group sebagai role modelperusahaan yang tumbuh berkelanjutan.

“Prinsip local wisdom go global terwujud dengan terpilihnya Martha Tilaar Group sebagai Global Compact Lead. Dari bakul jamu menjadi perusahaan yang diakui PBB, ini adalah penghargaan yang lahir dari komitmen dan konsistensi melestarikan budaya dan menonjolkan keunikan produk,” jelasnya.Menurutnya, perusahaan yang dibangun 41 tahun silam ini berawal dari pemikiran sederhana untuk mempercantik perempuan Indonesia. Misi pemberdayaan, melestarikan budaya dan kekayaan alam, serta menciptakan keunikan yang tidak menyontek dari mana pun, membawa bisnis kecantikan ini berdiri setara dengan bisnis besar lainnya di panggung dunia.

[pullquote]“Mindset yang tidak memedulikan kekayaan alam harus diubah. Kita harus mengubah pola pikir, harus punya identitas sebagai bangsa Asia dengan bahan baku produk asli dari Asia. Inilah yang membedakan dan menjadi keunikan yang bisa diakui dunia,” jelasnya.[/pullquote]

Ke depan, Martha Tilaar Group sebagai role model yang ditunjuk PBB memiliki tugas untuk menyebarluaskan pentingnya membangun perusahaan berkelanjutan dengan memedulikan pelestarian alam, lingkungan, budaya dan pemberdayaan. “Pada 2000 lalu hanya Martha Tilaar Group dan Indonesian Marketing Association yang berkomitmen dan menyebarluaskan Global Compact Lead di Indonesia. Kini ada 155 perusahaan anggota Global Compact di Indonesia,” tuturnya.

Giatkan  10 Prinsip Global Compact

Sebuah rumah di bilangan Kuningan tampak berbeda dari rumah-rumah mewah lainnya. Gerbang kayu jati nan gagah berukiran khas Jawa Tengah menjaga rumah bergaya Jawa-kolonial. Di balik kokohnya gerbang, berbagai tanaman tertata rapi di teras. Belum tuntas kekaguman akan asrinya teras, serangkaian anggrek putih mekar menghiasi cermin yang hampir memenuhi separuh dinding samping pintu rumah. Griya rancangan Hadiprana tersebut adalah kediaman pelopor industri kosmetik nasional, Martha Tilaar.

Kecantikan ternyata tidak hanya menjadi isu yang diangkat setiap produk Martha Tilaar Group. Kecantikan juga tercermin pada tempat tinggal Martha Tilaar dan suaminya, Prof Dr Henry Alexis Rudolf Tilaar. Berbagai jenis bunga menghiasi hampir setiap sudut ruangan. Selain kecantikan, keharmonisan Martha dan Alex pun terpancar di ruangan tersebut. Berbagai pernak-pernik sepasang suami dan istri merefleksikan kemesraan mereka. Mulai dari sepasang patung totem tanah liat dari Afrika Selatan hingga maha karya seniman Toronto ternama, Andrew Benyei.

Pagi itu reporter SWA Online, Tika Widyaningtyas, berkesempatan menyambangi kediaman Martha sebelum bertolak ke Rio de Janeiro. Rencananya tanggal 15 hingga 18 Juni 2012 Martha akan memenuhi undangan United Nations Global Compact (UNGC). Lembaga PBB yang menangani inisiasi kebijakan strategis perusahaan swasta ini mengundang Martha dalam Rio+20 Corporate Sustainability Forum. Tahun ini Martha mendapat kehormatan sebagai Board Member UNGC. Ia bahkan satu-satunya wakil dari Asia Tenggara. Berikut wawancara SWA Online dengan ratu kosmetika nasional tersebut.

Bagaimana Anda bisa dipilih sebagai Board Member UNGC?

Aku sendiri juga nggak tahu. Sekitar tahun 2000 oleh Kofi Annan saya dan satu LSM memang ikut jadi founder Global Compact, wakil dari Indonesia. Waktu itu fokusnya adalah peran swasta yang membantu pemerintah yang menerapkan prinsip-prinsip humanity, green, dan jujur. Setiap tahun kita mengirimkan laporan apakah perusahaan kita sudah menerapkan 10 prinsip UNGC. Tahun 2010 kami memang terima award atas 10 tahun komitmen terhadap prinsip-prinsip UNGC. Tapi kalau jadi board member ini aku tidak tahu. Aku saja kaget waktu terima surat jadi board member. Terus terang aku tidak percaya diri. Aku kan tidak pandai berpolitik, umurku juga sudah 75 tahun. Tapi suamiku percaya aku bisa. Dia support aku. Dia yang meyakinkan aku.

Apa yang akan Anda lakukan atau kemukakan dalam forum UNGC tersebut?

UNGC mengapresiasi apa yang kita lakukan. Selama ini kita selalu angkat Local Wisdom Go Global. Terinspirasi dari apa yang dikatakan nenek saya dulu, kalau you pakai tanaman, you harus tanam kembali. Kita harus baik sama alam. Selain itu kita juga training 4200 wanita di Bali. Selama 6 sampai 8 bulan mereka ditraining gratis. Mereka kebanyakan adalah low people dari gunung-gunung yang rawan jadi korban women-traficking. Aku sedih sekali kalau wanita dijual-belikan. Makanya daripada mereka jual diri, lebih baik aku training. Aku buat Balisari Spa & Training untuk mereka. Sekarang berarti sudah 15 tahun. Studi kasus semacam ini yang akan kita angkat nanti.

Keistimewaan apa saja yang Anda peroleh sebagai Board Member UNGC?

Kalau keistimewaan, hak khusus, rasanya nggak ada ya. Yang ada malah capek harus bolak-balik ke New York untuk meeting. Tapi aku senang. Aku bangga dan merasa terhormat. Aku bisa mengharumkan nama bangsa Indonesia, apalagi jadi satu-satunya board member dari Asia Tenggara. Nah dari forum tersebut nantinya akan aku share ke perusahaan-perusahaan Indonesia lainnya supaya mereka bisa sustain dan bisa bertahan dengan mengikuti prinsip UNGC. Selain itu memperluas peluang kami kerjasama dengan perusahaan-perusahaan lain, mengarahkan kami untuk go global.

Apakah keikutsertaan Anda sebagai Board Member UNGC akan berpengaruh terhadap Martha Tilaar Group of Companies?

Tentu saja. UNGC punya 10 prinsip yang berkaitan dengan hak asasi manusia, ketenagakerjaan, lingkungan, dan anti-korupsi. Sebagai Board Member ya perusahaan harus semakin disiplin menerapkan pronsip-prinsip tersebut. :: KOMPAS + SWA ONLINE / june2012

 

http://swa.co.id/ceo-interview/martha-tilaar-giatkan-10-prinsip-global-compact-pbb

Leave a Reply