Merumuskan Strategi Integrasi HIV/AIDS, Gerakan Perempuan dan HAM

 

 

AIDS awareness ribbons
AIDS awareness ribbons

UNIFEM sebuah lembaga PBB untuk penguatan hak-hak perempuan pada tahun 2000 telah menerbitkan sebuah modul mengenai Response Gender dan HAM terhadap Penyebaran HIV dan AIDS. Meski sudah cukup lama–delapan tahun yang lalu, bagi gerakan HIV dan AIDS di Indonesia belumlah cukup mendapatkan perhatian serius mengenai gender perspektif dan HAM dalam penanggulangan HIV dan AIDS. Pasalnya, selama ini pendekatan dalam penanggulangan HIV dan AIDS, masih didominasi oleh pendekatan medis. Akibatnya, tidak mampu membongkar kenyataan, perempuan yang terinfeksi HIV merupakan akibat langsung relasi kuasa yang timpang dalam konteks sosial-politik. “Pendekatan ini menjadikan gerakan HIV dan AIDS a sosial,” kata Lies Marcoes, Senior Program Officer The Asia Foundation, pekan lalu.

Lebih jauh, di hadapan staff PKBI DIY, Lies Marcoes yang juga konsultan PKBI DIY untuk pengintegrasian Gerakan HIV dan AIDS, Gender dan HAM ini, menegaskan, persepktif gender akan membantu banyak hal dalam melakukan gerakan penanggulangan HIV dan AIDS. Dengan membongkar relasi kuasa, kemudian melakukan studi tentang prasangka, akan nampak jelas bagaimana terjadinya stigma dan diskriminasi bagi teman-teman yang selama ini berada dalam situasi yang berisiko. Dengan perspektif gender, menurut Lies, sebutan kelompok berisiko tinggi pasti akan tertolak dan akan lebih baik jika diganti dengan istilah situasi yang berisiko. “Saya senang PKBI DIY sudah mulai menyadari kekeliruan ini dan berusaha untuk melakukan perubahan-perubahan yang lebih kritis,” katanya.

Salah satu upaya yang sedang coba dikembangkan untuk mempercepat proses integrasi ini, PKBI DIY akan melakukan Workshop Ahli untuk merumuskan kerangka konsep dan strategi untuk integrasi HIV/AIDS, Gerakan Perempuan dan HAM. Secara operasional, kerangka konsep ini akan didorongkan untuk menjadi sebuah manual yang mudah diimplementasikan dalam paket-paket pelatihan yang diperuntukkan bagi gerakan HIV dan AIDS, Gerakan Perempuan dan HAM. “Pelatihan merupakan salah satu media interfensi yang efektif dan coba dipilih oleh PKBI DIY,” jelas Masharoel, Koordinator Program Pengembangan Media dan Pelatihan PKBI DIY.

Workshop yang akan dilakukan, besok [10/6/2008] di Kagama Yogyakarta, akan mengundang para ahli dalam kalangan NGO, Akademisi dan juga lembaga training, antara lain, Roem Topatimasang (INSIST), Lies Marcoes (TAF), Rondang Pasaribu (LP3Y), Dr. Asri (UNY), dan Awang Trisnamurti (PHD PKBI DIY. Selain itu juga akan diikuti oleh jajaran staff pelaksanaan PKBI DIY.

mukhotib md [www.mmdnes.wordpress.com]

Leave a Reply