Terlupakan, Kearifan We Tenri Olle, Ratu Cendekia Bugis

 

We Tenri Olle, Penggali Epos La Galigo yang Dilupakan Penulis Sejarah Resmi

Sureq Galigo, atau populer disebut Lagaligo, adalah naskah epos terpanjang di dunia, tertuang dalam 12 volume.
Sureq Galigo, atau populer disebut La Galigo, adalah naskah epos terpanjang di dunia, tertuang dalam 12 volume.

 

Lamanya masa pemerintahannya yang lebih dari separuh abad, memungkinkan We Tenri Olle untuk berbuat lebih banyak untuk bangsanya, terutama dalam pendidikan dan penggalian sastra klasik La Galigo. Dengan di inisiasi oleh BF Matthes, peneliti Belanda yang diutus oleh Nederlandsch Bijbelgenootschaap, sebuah lembaga peneliti kitab-kitab kuno, dan Tjollie Poedjoe, yang tak lain dari ibunda We Tenri Olle sendiri, perempuan cerdas itu kemudian mengumpulkan manuskrip-manuskrip La Galigo yang terserak dalam bentuk daun-daun lontar dan dikeramatkan oleh banyak kalangan Bugis.

Dikatakan keramat, karena anggapan masyarakat Bugis saat itu bahwa cerita La Galigo bukan saja hanya sekedar epos, tapi juga merupakan petuah leluhur (to Riolo) yang mengandung samudera hikmah kehidupan dan karenanya layak dikultuskan. Belum lagi ketinggian bahasa perumpamaan yang tersirat di antara larik-larik aksara Bugis Kuno yang hanya segelintir orang yang mampu menggali maknanya. Di banyak tempat, manuskrip yang biasa juga disebut lontarak ini disimpan secara khusus, dalam kain putih dan diberi dupa-dupa. Untuk membukanya dibutuhkan upacara ritual yang sakral, dipimpin oleh dukun atau seorang Bissu, manusia transgender yang dipercaya memiliki kemampuan magis berhubungan dengan dewata. Selain itu, tak banyak orang bugis yang mampu memahami bahasa asli La Galigo, yang merupakan bahasa bugis Kuno.

Kemampuan We Tenri Olle membaca dan memahami bahasa Bugis Kuno dalam bait-bait sajak epos La Galigo, yang tersusun dalam 300,000 larik dalam cerita berangkai itu membuat pekerjaan BF Matthes menjadi lebih mudah. Dibantu oleh dua perempuan ibu dan anak ini, BF Matthes kemudian menerbitkan transliterasi La Galigo dalam aksara Bugis dan terjemahan bahasa Belandanya dalam buku: Boeginesche Chrestomathie Jilid II tahun 1872. Karya terjemahan ini kemudian disimpan di perpustakaan Universitas Leiden Belanda dan menjadi rujukan penelitian selanjutnya mengenai wiracarita terpanjang di dunia itu.

Menurut BF Matthes, peran We Tenri Olle dan ibunya Collie Pudjie, sangat signifikan dalam memperkenalkan epos La Galigo ini ke dunia luar. Tanpa peran keduanya, mungkin epos ini akan lama terpendam dalam bilik-bilik senyap di istana-istana raja-raja Bugis hingga keruntuhannya. Meskipun demikian, upaya keras mereka hanya mampu membukukan sepertiga dari keseluruhan epos La Galigo. Kerja keras pengumpulan keseluruhan manuskrip ini masih berlangsung hingga kini, dan berkembang berkat rintisan tiga orang yang layak dijadikan pahlawan pelestari karya sastra lokal bugis ini.

Senyap Di Lintas Sejarah Indonesia

Sitti Aisyah We Tenri Olle memang bukanlah seorang selebritis di lintas sejarah Nusantara. Namanya hanya dikutip sesekali, terutama bagi yang hendak meneliti mengenai sejarah penulisan La Galigo. Kisah hidupnya senyap tanpa banyak mengundang kekaguman dalam bentuk tetulisan yang tersebar di buku sejarah. Bahkan, namanya pun tak begitu dikenal di masyarakat lokal Bugis saat ini yang lebih banyak didominasi oleh nama-nama pahlawan perang macam Sultan Hasanuddin atau Arung Palakka.

Di daerahnya di Pancana Tanete Ri Lau, Kabupaten Barru, namanya hanya dikenal dari sebentuk bangunan makam megah berwarna putih berbentuk kubah berciri arsitektur Eropa. Tidak banyak yang tahu detail kisah hidupnya selain bahwa perempuan cerdas ini pernah menjadi Penguasa Tanete di akhir abad 19. Namanya jauh dari sentuhan literature, penelusuran mesin pencari di internet hanya menemu 167 tautan untuk kata kunci “We Tenri Olle Tanete”, jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan RA Kartini yang memuat 1,080,000 tautan dan Dewi Sartika dengan 2,100,000 tautan. Ironisnya, tak ada yang bisa menjejak tahun kelahiran perempuan yang mungkin menjadi penguasa paling lama di antara kerajaan-kerajaan nusantara silam.

Padahal, kontribusi aktif We Tenri Olle memajukan pendidikan jauh lebih mula dan lebih luas daripada dua Srikandi dari Tanah Jawa itu. Dengan inisiatif dan dana sendiri, perempuan Bugis ini mendirikan sekolah formal untuk semua kalangan di Tanete, bukan saja hanya diperuntukkan bagi kaum perempuan. Dia mendudukkan laki-laki dan perempuan di bangku yang sama, menerima pengajaran yang sama. Dia memaknai emansipasi dalam bentuk hakiki tanpa merasa jengah dengan pembedaan jenis kelamin. Keperintisannya dalam pendidikan pun sama nasibnya dengan

Seorang sosiolog terkemuka yang juga Guru Besar UI, Prof Harsja Bachtiar bahkan sempat mempertanyakan mitos pengkultusan RA Kartini dalam sejarah Nusantara, sementara di belahan nusantara lain ada sosok seperti We Tenri Olle yang justru lebih berhasil dan lebih bergaung ke masyarakat banyak. Prof. Harsja Bachtiar memerlukan untuk memperkenalkan nama We Tenri Olle sebagai sosok alternatif pembanding yang lebih kuat karakter pengabdiannya, baik di bidang pendidikan maupun kesusasteraan.

Satu-satunya cacat, jika kita menyepakati sebagai cacat, seorang We Tenri Olle adalah sikapnya yang kooperatif dengan pemerintah kolonial Belanda. Dia bahkan mendapat penghargaan dari Belanda atas sikap netralnya dalam perang Belanda melawan raja-raja Bugis di Pare-pare tahun 1905. Selain itu, meski piawai membaca dan menerjemahkan ulang epos La Galigo, We Tenri Olle sendiri tidak pernah menghasilkan karya tulisan sendiri sehingga menambah kesenyapan namanya di lintas sejarah. Meski demikian, kitalah yang wajib menemukan kembali sejarah tentang pahlawan-pahlawan sejati yang pernah dilahirkan bumi Nusantara, apalagi seorang perempuan serba bisa semacam Siti Aisyah We Tenri Olle, penguasa Tanete separuh abad, pemula pendirian sekolah modern di Tanete, dan penggali sastra klasik La Galigo. :: DAENGRUSLE.NET/21jul2011

 

Sumber foto dan tulisan:

http://melayuonline. com/ind/personage/dig/347/siti-aisyah-we-tenri-olle

http://id. wikipedia. org/wiki/Kabupaten_Barru

http://sejarah. kompasiana. com/2010/09/17/we-tenriolle-dari-tanette/

http://www. budaya-sulsel. com/index. php/barru/79-kompleks-makam-we-tenri-olle

http://www. majalahversi. com/artikel/prinsip-kepemimpinan-politik-manusia-bugis

 

Sumber rangkuman artikel:

We Tenri Olle, Ratu Tanete: Perintis Sekolah Rakyat dan Penggali Epos Sastra La Galigo (1) | daengrusle.

We Tenri Olle: Sikap Kooperatif Demi Masyarakat Tanete (2) | daengrusle.

We Tenri Olle: Penggali Epos La Galigo dan Kiprahnya Yang Senyap Di Lintas Sejarah (3) | daengrusle.

Leave a Reply