Yang Besar Babat Hutan, Mereka Bibit Hutan

Dua anggota Kelompok Wanita Tani Melati di kabupaten Lampung Barat, provinsi Kalimantan Barat.
Dua anggota Kelompok Wanita Tani Melati di kabupaten Lampung Barat, provinsi Kalimantan Barat.

[BORNEOCLIMATECHANGE] – Mereka tidak banyak bicara namun banyak berbuat untuk keberlanjutan sumberdaya alam. Mereka menyebut diri Kelompok Wanita Tani Melati dan berasal dari desa Tribudisyukur, kecamatan Kebon Tebu, kabupaten Lampung Barat. Dengan kesadaran sendiri, kelompok perempuan tani yang beranggotakan 63 orang itu menjadi pengayom dan pengelola suatu hutan kemasyarakatan di wilayah setempat.

Secara swadaya, kelompok perempuan ini menekuni pengelolaan sumberdaya hutan, mulai dai persemaian bibit sampai penanaman jenis tanaman kopi, vanili, papa, cengkeh dan lain sebagainya.

Yaya Suryani, ketua Hutan Kemasyrakatan Kelompok Wanita Tani Melati mengatakan,”KWT, semuanya perempuan dalam kelompoknya, terlibat dalam berbagai kegiatan hutan kemasyarakatan dari mulai persemaian, penanaman dan pemanfaatan hasil hutan, terutama hasil hutan non-kayu.”

Di kawasan hutan kemasyarakatan binaan Kelompok Wanita Tani Melati, hasil hutan non-kayu diolah menjadi produk yang bermanfaat, seperti gula aren, kopi luwak, gula kristal, madu, kripik pisang dan masih banyak lagi yang lain.

Kelompok ini awalnya sebuah kelompok arisan yang dibentuk pada tanggal 8 Oktober 1993. Dalam perkembangannya, dijalankan kegiatan pengolahan kopi sampai akhirnya, seiring bertambahnya jumlah anggota menjadi 63, kelompok perempuan tani ini mengelola sumberdaya alam yang berkelanjutan. Keakraban masyarakat setempat dengan alam lokalnya menciptakan hubungan alam-manusia yang saling mengisi dan menyejahterakan.

Menurut Yaya Suryani, sekarang masyarakat mempunyai rasa ikut memiliki kawasan hutan di daerah ini, karena mamfaatnya telah dirasakan secara langsung oleh masyarakat.

“Kami semua menjaga dan merawat kawasan ini, dan memanfaatkan hasil hutan non-kayunya, yang secara ekonomi dapat menyejahterakan keluarga kami,” kata Yaya Suryani.

Yaya Suryani dan kelompoknya memelihara beberapa ekor musang, untuk proses pembuatan kopi luak, secara bergantian kelompoknya memberi makan dan kotoran luak berupa biji besi, setelah itu baru dibawa ketempat penggorengan.

Untuk kopi bubuk, satu bulanya Kelompok Wanita Tani Melati menghasilkan sekitar 1,5 ton kopi untuk diolah dengan pemasukan sekitar Rp 12 juta per bulan.

Ia mengharapkan ada kelompok-kelompok lain yang mengikuti jejak. Kelompoknya bertekad hati untuk mengelola lingkungan alam secara santun agar sumberdayanya dapat terjaga keberlanjutannya sampai anak-cucu di masa mendatang. :: borneoclimatechange.org/des2012

http://borneoclimatechange.org/berita-499-kelompok-perempuan-penyelamat-hutan.html

Leave a Reply