5 Mahasiswi Unair Ciptakan Lapisan Otak Buatan Dari Air Kelapa

Tim PKMPE Unair Penemu Duramater Buatan
Anggota Tim PKMPE Universitas Airlangga sedang melakukan penelitian dan pengujian di lab untuk menghasilkan duramater (lapisan otak) buatan dari modifikasi bahan dasar air kelapa. (Foto: Dok Tim Unair)

 

UNAIR NEWS – Air kelapa bisa sebagai bahan dasar pembuatan lapisan otak buatan? Kedengarannya ganjil, aneh, tetapi nyata. Itulah hasil inovasi mahasiswa Universitas Airlangga yang berhasil membuat  duramater (lapisan otak) buatan untuk menangani cedera kepala yang berbahan dasar air kelapa.
Kelima mahasiswa UNAIR tersebut adalah Inas Fatimah (21, ketua tim), Fadila Nashiri (22), Karina Dwi Saraswati (22), Andini Isfandiary (22) dan Fathania Nabilla (20). Semuanya dari prodi Teknobiomedik Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga.
Dijelaskan oleh Inas, sejumlah 60% kematian yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas dimulai dengan terjadinya cedera kepala. Dari cedera kepala inilah membuat duramater robek, sehingga terjadi akumulasi darah antara duramater dan permukaan dalam tengkorak (inner surface). Untuk itulah dibutuhkan pembedahan dengan penggantian lapisan otak berupa duramater artificial.
Sedangkan duramater yang selama ini digunakan adalah duramater yang  terbuat dari silikon. Padahal duramater yang terbuat dari silikon ini bersifat toksik, sehingga tidak aman apabila diaplikasikan ke dalam tubuh.
Oleh karena itu dengan arahan dosen pembimbing Dr. Prihartini Widiyanti, drg., M. Kes., kelima mahasiswa tersebut mencoba membuat duramater artficial yang bersifat biokompatible, sehingga dapat diterima oleh tubuh.
“Kami mencoba memanfaatkan limbah yang selama ini dibuang yaitu air kelapa, sehingga dengan biaya yang terjangkau bagi masyarakat untuk digunakan sebagai lapisan otak buatan,” ujar Inas Fatimah, ketua kelompok.
Durameter buatan itu yang menyerupai kertas tisu. (Foto: Dok Tim Unair)
Durameter buatan itu yang menyerupai kertas tisu. (Foto: Dok Tim Unair)

 

Prosesnya, air kelapa itu difermentasikan dengan Acetobacter xylinum sehingga menjadi selulosa bakteri, yang kemudian ditambahkan kolagen untuk meningkatkan biokompabilitas, dan memicu pertumbuhan sel serta mengontrol kuat tariknya.

Penelitian yang dikemas dalam judul “Inovasi Duramater Artifisial Selulosa Bakteri – Kolagen Dengan Plasticizer Pada Kasus Trauma Kepala” ini berhasil menarik perhatian Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemenristek Dikti, yang kemudian memberi dana pengembangan penelitian melalui Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian Eksakta (PKM-PE).
Diterangkan oleh Inas, hasil temuan ini telah diuji menggunakan uji FTIR (Fourier Transform Infra Red) dengan ditemukannya gugus C-O stretching yang merupakan penyusun kolagen. Hasil kekuatan tarik tersebut 12,942 Mpa, jadi sesuai dengan nilai tarik standar duramater artificial yaitu pada rentang 0,6 – 16 Mpa.
Hasil Uji Sitotoksisitas Selulosa Bakteri – Kolagen – Gliserol menunjukkan persentase batas minimal sel hidup yaitu lebih dari 60%. Hal ini menandakan bahwa duramater artificial ini tidak bersifat toksik.
Inas menambahkan, kedepannya duramater ini akan dikembangkan untuk uji coba aplikasi pada hewan. “Tetapi berdasarkan hasil uji secara in-vitro, membran Selulosa bakteri – kolagen – gliserol memiliki potensi sebagai kandidat duramater artificial yang baik,” kata Inas yakin. :: UNAIR NEWS/Bambang Bes/15/06/2016