Ibu Negara Ani SBY Prakarsai ‘Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara 10 Juta Pohon’


 

(jurnalnasional.com, 27/11/2007)~ Menyambut Konferensi Perubahan Iklim (United Nation Frameworks on Climate Change Conference) yang akan diadakan di Bali, Desember 2007, kaum perempuan Indonesia turut ambil bagian dalam acara berskala internasional ini.

Diprakarsai Ibu Negara Ani Bambang Yudhoyono, Perempuan Indonesia akan mengadakan tiga acara besar, yaitu Konferensi Kearifan Lokal Perempuan Indonesia dalam Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim Global, penandatanganan deklarasi “Tanam dan Pelihara” oleh tujuh organisasi perempuan besar di Indonesia dan aksi penanaman 10 juta pohon secara serentak di seluruh Indonesia pada 1 Desember 2007 mendatang.

Di balik keaktifannya dalam menggerakkan perempuan untuk menanam pohon, Ani SBY adalah pribadi yang memang mencintai alam. Salah satu hobinya adalah berkebun. Di halaman kediaman pribadi Ibu Negara dan Presiden SBY di Puri Cikeas Indah, Bogor, tampak tanaman tertata apik dan asri. Mulai dari beraneka bunga kecil berwarna warni, bonsai, hingga pohon besar seperti sawo kecik dan palem.

Wartawan Jurnal Nasional Tussie Ayu Riekasapti, Sally Piri, Ramadhan Pohan dan fotografer Wienda Parwitasari melakukan wawancara khusus dengan Ibu Negara Ani SBY perihal gerakan perempuan tanam dan pelihara 10 juta pohon dan kecintaannya pada alam. Bincang-bincang dan Tanya – Jawab JurNas dengan Ibu Negara berlangsung 16 Nopember 2007 pukul 12.00 ‘“ 13.00 di ruang perpustakaan kediaman pribadi keluarganya di Cikeas. Berikut petikan wawancaranya:

Apa saja agenda yang akan dilakukan perempuan Indonesia menyambut konferensi perubahan iklim Desember mendatang di Bali?

21 pemimpin dunia yang berkumpul pada Pertemuan APEC di Sydney pada tanggal 8-9 September lalu, berbicara tentang pemanasan global. Kemudian ketika berlangsung Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (MU-PBB) di New York pada bulan yang sama, para Pemimpin Dunia yang hadir juga membicarakan tentang pemanasan global. Artinya, isu ini sudah menjadi kepedulian dunia. Sebenarnya setiap orang di seluruh dunia pada saat ini juga sudah merasakan dampak pemanasan global itu.

PBB akan melakukan konferensi tentang UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change), dan Indonesia diberi kepercayaan untuk menjadi tuan rumah. Konferensi tersebut akan dilakukan di Bali pada bulan Desember 2007. Kaum perempuan Indonesia juga ikut terpanggil untuk melakukan kegiatan.

Tujuh organisasi perempuan di Indonesia, yaitu Solidaritas Isteri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB), Kongres Wanita Indonesia (KOWANI), Organisasi Isteri TNI (Dharma Pertiwi), Organisasi Isteri Polri (Bhayangkari), Organisasi Isteri Pegawai Negeri Republik Indonesia (Dharma Wanita Persatuan), Aliansi Perempuan Peduli Pembangunan Berkelanjutan (APPB) dan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), mempersiapkan “Konferensi Kearifan Lokal Perempuan Indonesia dalam Perubahan Iklim Global” yang akan dilaksanakan pada 26, 27 dan 28 Nopember mendatang.

Kami akan mengundang isteri-isteri Gubernur, Walikota, Bupati dan para tokoh perempuan dan pertemuan akan berlangsung di Hotel Borobudur, Jakarta. Pada tanggal 28 Nopember nanti, Presiden akan melakukan “Pencanangan Puncak Aksi Penanaman Serentak Indonesia” di Jonggol. Acara itu akan diikuti dengan Deklarasi “Tanam dan Pelihara 10 juta Pohon ” oleh 7 organisasi Perempuan Indonesia tadi.

Lalu pada 1 Desember nanti, kami mengajak seluruh kaum perempuan Indonesia untuk menanam pohon dari Sabang sampai Merauke, di Indonesia bagian Timur, dilakukan pukul 10.00, Indonesia bagian tengah dilakukan pukul 09.00 dan Indonesia bagian Barat dilakukan pukul 08.00. Jadi kita melakukannya di saat yang bersamaan. Saya sendiri akan melakukan penanaman pohon di Bumi Perkemahan dan Wisata Cibubur (Buperta), Jakarta. Di situ lahannya masih cukup luas. Saya berharap agar setelah kita tanam pohon, jangan sampai ditebang lagi, karena keinginan kita adalah menanam pohon untuk penghijauan.

Mengapa gerakan ini mengkhususkan pada perempuan?

Saya merasa bahwa perempuan memiliki sifat natural yaitu senang memelihara, mendidik dan mengasuh. Kita punya anak, anak itu kita asuh dan kita didik sampai menjadi besar. Nah, sifat yang kita lakukan pada anak kita, juga bisa dilakukan pada pohon. Kalau kaum perempuan diajak menanam pohon, Insya Allah pohon itu akan dipelihara sampai tumbuh dan besar.

Alasan kedua, di Indonesia,kira-kira 50 persen penduduknya adalah kaum perempuan. Dari 230 juta penduduk Indonesia, perempuannya hampir 115 juta. Dari 115 juta perempuan, yang berusia produktif, antara 15-54 tahun, kira-kira ada 66 juta jiwa. Bila kita ambil 10 juta saja untuk menanam pohon, itu sudah meaningful.

Apa sih yang menyebabkan pemanasan global? Yang menyebabkannya adalah pertumbuhan pembangunan di dunia yang sangat pesat, seringkali tidak mempertimbangkan lingkungan. Manusia di dunia saat ini sekitar 6,3 miliar. Penduduk ini kebutuhannya sangat banyak, untuk mendukungnya ada industri, transportasi, dan lain lain. Nah, industri dan transportasi tadi masih menggunakan bahan bakar fosil. Padahal bahan bakar fosil ini berkontribusi pada gas buang bernama CO2, yang menjadi penyebab dari pemanasan global tadi. Belum lagi manusia yang menghasilkan sampah, sampah ini menghasilkan gas metan yang juga mencemari udara.

Jadi menurut saya, cara paling mudah (untuk mecegahnya) adalah penanaman pohon. Karena pohon dalam jumlah besar bisa menangkap CO2 dari atmosfer, kemudian dengan proses fotosintesa, CO2 dipecah menjadi karbon yang disimpan di batang pohon, dan O2 yang akan dilepas di udara bebas untuk kehidupan makhluk hidup termasuk manusia.

Jadi filosofi kegiatan ini adalah sifat perempuan yang senang dan pandai merawat?

Ya, perempuan ini memiliki sifat naluriah untuk menanam. Dari dulu, kalau di rumahnya ada halaman, pasti perempuan akan menanaminya dengan pohon dan bunga-bungaan. Kalau tidak ada tanah, mereka akan mencari pot, kaleng, atau apa saja barang bekas yang bisa dipakai untuk jadi pot.

Tapi kalau kita lihat, di Indonesia ini sebenarnya tanahnya masih luas, dan banyak lahan kritis. Kita berharap pada 1 Desember nanti, perempuan bisa menanam pohon di halaman mereka sendiri, kalau punya halaman. Kalau tidak punya halaman, bisa berhubungan dengan pemda untuk menanyakan di mana lahan kritis yang bisa ditanami.

Tujuannya adalah menanam kembali hutan-hutan kita. Seperti yang kita ketahui, di beberapa tempat sudah ada hutan-hutan yang beralih fungsi. Orang menebang pohon sembarangan. Penduduk di sekitar hutan terkadang tidak mengerti makna dan manfaat hutan. Dia hanya melihat kebutuhan untuk makan, pekerjaan tidak ada, paling mudah ya menebang pohon. Itu karena ketidaktahuan dan alasan ekonomi semata.

Ada juga orang yang sudah tahu, tapi pura-pura tidak tahu, yang memang sengaja melakukan penebangan pohon. Hampir pasti, orang-orang yang menebang pohon dengan sengaja ini, bukanlah perempuan. Saya yakin pelaku illegal logging hampir pasti bukanlah perempuan. Potensi dari perempuan ini yang ingin saya kembangkan, meskipun sebenarnya laki-laki juga harus bertanggungjawab terhadap kelestarian lingkungan.

Pemanasan global tentu tidak bisa dicegah hanya dengan satu-dua acara. Bagaimana membuat kesadaran masyarakat untuk menanam bisa terus berkelanjutan?

Penanaman pohon hanya salah satu cara untuk menyelamatkan bumi kita, karena fungsi pohon untuk menangkap CO2. Dengan sifat perempuan yang gemar menanam dan merawat pohon ini, saya berharap sifat-sifat itu akan diturunkan pada anak-anaknya. Sehingga tanpa disadari, ketika dewasa si anak juga akan meniru perilaku ibunya untuk menanam dan mencintai pohon. Ini akan terus berkelanjutan. Saya berharap ketika dewasa mereka akan suka menanam pohon, paling tidak, mereka akan terus memelihara pohon yang telah ditanam ibunya. Karena sudah mengerti tujuan menanam pohon.

Perilaku manusia juga harus diubah. Saya berharap melalui tangan perempuan, perilaku ini bisa berubah. Perempuan bisa mendidik anaknya untuk berubah.

Misalkan mendidik untuk tidak membuang sampah ke dalam sungai. Sungai itu jangan diperlakukan seperti keranjang sampah. Karena di sungai juga ada kehidupan dan ada air yg bisa dimanfaatkan. Harus diingat bahwa air itu sumber kehidupan. Kalau tetap memperlakukan sungai sebagai keranjang sampah, apa yang akan terjadi? Yang terjadi adalah banjir, dan kerusakan. Nah, akhirnya manusia juga yang sengsara. Menurut saya, perilaku seperti itu yang harus diubah. Kita harus mengajari anak kita untuk membuang sampah pada tempatnya. Saya harap perempuan bisa mendidik putera puterinya dengan sebaik-baiknya. Berikan contoh perilaku hidup sehat itu seperti apa, memelihara lingkungan kita dengan baik dan sehat. Tanam dan pelihara pohon dengan baik. Sampah dipisahkan dari yang organik dan anorganik agar bisa didaur ulang.

Apakah mungkin akan ada acara tahunan, seperti hari menanam pohon?

Saya kira kegiatan ini akan berkelanjutan dan akan kita monitor terus, kita evaluasi hasilnya. Kami telah menyiapkan leaflet yang menjelaskan, mengapa kita harus melakukan kegiatan ini. Penjelasannya akan disebarkan pada masyarakat.

Ada orang yang bisanya hanya menanam pohon, tapi tidak bisa memelihara. Nah, melalui leaflet ini, kita ajari bagaimana cara menanam pohon yang benar. Tanaman bisa saja hidup kalau tidak kita pelihara, tapi hasilnya seperti apa? Lebih baik kalau kita beri tahu cara-cara untuk menghasilkan yang terbaik.

Kalau acara tahunan, sejauh ini, belum terpikir oleh saya. Tetapi alangkah baiknya apabila kegiatan seperti ini kita lakukan sepanjang tahun. Bila kita terus menerus mengingatkan masyarakat tentang fungsi dari pohon, maka Insya Allah mereka tidak akan merusaknya. Misalkan di suatu tempat, kita melihat ada pohon yang mati, langsung saja diganti dengan menanam pohon yang baru. Sebagai contoh, beberapa waktu lalu ada angin puting beliung di Bogor. Di istana Bogor, banyak sekali pohon yang sudah tua tumbang. Kita berencana pohon yang tumbang ini akan kita ganti, dan di tempat yang masih kosong, akan kita tanami. Yang kami harapkan, menanam dan memelihara pohon ini akan menjadi tradisi.

Untuk kegiatan menanam 10 juta pohon ini, dari mana didapatkan bibit-bibit pohon?

Kami bekerjasama dengan Departemen Kehutanan. Menteri Kehutanan telah menyiapkan bibit-bibitnya, dan ini tersebar di seluruh Indonesia melalui Dinas Kehutanan di setiap daerah. Masyarakat bisa meminta bibit tersebut di sana.

Bagi mereka yang punya dana lebih dan mau mencari bibit sendiri, saya kira akan baik sekali. Yang akan ditanam nanti adalah pohon keras dan pohon produktif. Pohon keras itu seperti jati, mahoni, ebony, dan lain lain, ini terserah pada kearifan lokal masing-masing. Misalkan di Papua, apa yang paling bagus untuk ditanam di sana?

Saya dengar di Papua ada pohon yang bagus dan sangat mudah tumbuh, yaitu pohon Matoa. Kalau di Kalimantan lebih cocok ebony, silakan tanam ebony. Kalau di daerah lain lebih cocok mahoni, monggo ditanam mahoni. Kalau di Jawa Timur lebih cocok pohon asem, silakan tanam pohon asem. Jadi bisa kita pilih mau tanam pohon keras atau pohon produktif.

Pohon produktif adalah pohon yang bisa menghasilkan buah, misalkan mangga, rambutan, jambu dan lain lain. Buahnya bisa kita petik, dan pohonnya bisa jadi pelindung. Selain bisa menghindarkan kita dari bahaya longsor, sebagai penahan tanah, dia juga bisa berfungsi sebagai penyimpan air. Sehingga suatu saat nanti, kita tidak akan kekurangan air. Kalau hutan kita hilang atau beralih fungsi, suatu saat nanti kita bisa mengalami krisis air. Mungkin kita tidak merasakan saat ini, tapi nanti kasihan anak cucu kita. Oleh karena itu, kita tidak boleh egois, kita harus memikirkan anak cucu kita, dan keberlanjutan umat manusia di seluruh dunia.

Selain itu, saya juga sedang berusaha mencari bibit tanaman langka asli Indonesia. Kita melakukan penghijauan, sekaligus melestarikan holtikultura kita. Waktu saya kecil, banyak sekali jenis pohon yang sekarang sudah jarang kita lihat, seperti pohon buni, jamblang/duwet, namnaman, kecapi dan gowok. Saya pikir pohon-pohon tersebut harus kita lestarikan agar anak cucu kita juga tahu.

Penanaman pohon produktif ini, juga terkait dengan program Presiden SBY untuk merevitalisasi pertanian?

Ya, betul. Misalkan cengkih. Saya kenal dengan seseorang yang memang bergerak di bidang pemanfaatan cengkih. Daerah Pacitan sangat cocok untuk tanaman cengkih. Cengkih ini hasilnya luar biasa, dan kebetulan di daerah itu ada industri yang membutuhkan cengkih.

Contoh lain, di Indramayu terkenal akan mangga nya. Kalau semua orang di Indramayu mau menanam mangga, hasilnya bisa jadi produk ekspor. Dalam satu desa, misalkan sepakat menanam rambutan, desa itu akan menjadi penghasil rambutan. Kalau masing-masing rumah memiliki satu saja pohon rambutan, tanpa disadari, ketika musim rambutan, desa ini akan menjadi pemasok rambutan bagi daerah-daerah lain.

Bagaimana pelibatan swasta dalam kegiatan ini?

Kegiatan ini sebetulnya melibatkan semua pihak, termasuk pihak swasta. Saya berharap ketujuh organisasi perempuan yang mendukung kegiatan ini juga bisa mensosialisasikan kegiatan ini kepada masyarakat luas. Saya juga mengajak para perempuan-buruh, perempuan-pengusaha, perempuan-parlemen di daerahnya masing-masing untuk ikut gerakan ini. Melalui pengusaha real estat saya juga menghimbau agar menciptakan lingkungan yang lebih hijau. Kita tahu diantara mereka ada yang kadang-kadang nakal juga. Misalnya dalam penerapan amdal, sudah ada (ketentuan) berapa luas bangunan, berapa luas public servicenya, berapa luas area publik terbuka yang harus disediakan. Tapi terkadang mereka tidak mematuhinya. Mereka-mereka itulah yang harus diingatkan atau ditindak.

Banyak juga kompleks perumahan yang sudah baik dan bisa dijadikan contoh. Tamannya bagus, selokannya bagus, lingkungannya sehat, perumahan seperti itu yang harus kita contoh dan berikan apresiasi. Saya minta pihak swasta untuk terlibat penuh.

Swasta sudah dilibatkan, bagaimana dengan media yang juga memiliki peran besar untuk menyebarkan informasi?

Saya menganggap peran media sangat penting. Sebetulnya segala sesuatu tanpa peranan media, akan kurang gregetnya. Oleh karena itu, saya merasa peran media juga harus menonjol, baik media cetak maupun elektronik. Terus terang saja, banyak yang sudah memberikan kontribusinya pada gerakan ini. Saya berharap Jurnal Nasional juga menjadi ujung tombak dalam menyebarkan kegiatan ini secara terus menerus. Lingkungan sudah menjadi isu yang sangat penting.

Bagaimana dengan local leader yang ada di daerah-daerah, apakah mereka sudah cukup dilibatkan?

Saya mengajak tokoh-tokoh perempuan di setiap daerah, seperti isteri Gubernur, isteri Walikota, isteri Bupati, isteri Camat, dan isteri Lurah untuk terlibat langsung, dan saya berharap mereka akan menjadi penggerak di daerah masing-masing. Sehingga kegiatan ini akan menjadi kegiatan yang berarti.

Hal apa yang pertama kali terbersit di benak Ibu Negara sehingga kini terpanggil untuk berperan aktif menggerakkan upaya pelestarian lingkungan, seperti program penanaman sepuluh juta pohon tadi?

Sebetulnya saya melihat kenapa kok iklim ini berubah. Mula-mula merasakan sendiri udara di luar lebih panas dari biasanya. Dulu, dari April hingga September, kita mengalami musim panas, tapi sekarang tiba-tiba di tengah musim panas turun hujan, bahkan sangat deras yang kemudian mengakibatkan banjir. Sebaliknya, jika biasanya dari Oktober hingga Maret terjadi musim hujan, tapi kok belum turun hujan.

Selain itu ketika saya mendampingi Bapak Presiden SBY meninjau daerah yang terkena banjir dan longsor seperti Jember, Jawa Timur, saya mempelajari ternyata bencana tersebut terjadi karena kelalaian manusia. Pereng-pereng (lahan miring) di sana sebenarnya harus ditanami tanaman khusus yang akarnya bisa menjadi penahan tanah. Masyarakat di sana menebang pohon yang ada lalu menggantinya dengan tanaman coklat/kopi. Sedangkan jenis tanaman coklat/kopi, tidak bisa menjadi penahan pereng-pereng tersebut.

Sebetulnya, maksud masyarakat di sana ingin memanfaatkan hutan. Keinginan itu sudah betul tapi rupanya mereka tidak tahu bahwa tanaman coklat/kopi tidak sesuai untuk ditanam pada pereng-pereng. Saya melihat penebangan pohon hanya untuk keuntungan ekonomi semata yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak tahu dan tidak peduli dengan lingkungan. Oleh karena itu, saya terdorong untuk melakukan gerakan penanaman pohon.

Apa bentuk aplikasi sehari-hari yang Ibu Negara lakukan sejalan dengan upaya pelestarian lingkungan?

Silakan lihat halaman rumah saya, penuh dengan pohon. Memang dari dulu saya mencintai gardening (berkebun). Sebagai ilustrasi, ketika saya masih anak-anak, orang tua saya selalu mengajarkan untuk mencintai lingkungan.

Keluarga kami sering melakukan kegiatan outdoor sehingga kami sangat mencintai alam lingkungan. Kegiatan itu kemudian hari berdampak kepada bagaimana saya menata halaman rumah, yang selalu tertata dengan baik, penuh dengan bunga dan pepohonan.

Suatu saat dalam rangka peringatan 17 Agustus, ada penilaian kebersihan rumah dan lingkungan yang dilakukan oleh Rukun Warga Cijantung, tempat saya tinggal. Itu terjadi sekitar awal tahun 70-an. Saat itu saya belum menikah. Suatu saat rombongan ibu-ibu yang menjadi panitia kegiatan tersebut datang ke rumah untuk mengadakan penilaian.

Rupa-rupanya yang dinilai pertama adalah pekarangan rumah. Dari luar, rumah kami memenuhi persyaratan, lalu panitia tersebut ingin lebih jauh mengetahui apakah bagian dalam rumah juga memiliki kebersihan yang sama. Mereka ingin mencocokkan yang di luar dengan yang di dalam. Jangan-jangan hanya bagus di luar saja, tetapi tidak bersih di dalamnya. Mereka juga memeriksa kamar mandi/kamar kecil kami.

Surprised, pada saat pengumuman pemenang, kami mendapat juara ketiga. Lalu hadiahnya apa? Hadiahnya adalah pohon. Pohon Mangga Harumanis hasil cangkok. Kalau sekarang cangkok-mencangkok tanaman bukan hal yang asing lagi, zaman dulu pohon hasil cangkokan masih sangat jarang sekali. Sedangkan juara pertama kebersihan lingkungan, saya ingat, mendapat hadiah pohon duren. Buah duren dianggap buah yang mahal Ha..ha..

Hadiah pohon mangga itu kami tanam di halaman rumah dan tumbuh dengan baik. Sekian tahun kemudian, setelah saya menikah, lalu berkunjung ke rumah orangtua, pohon itu sudah tumbuh dengan subur dan buahnya dari satu pokok pohon itu saja mencapai puluhan bahkan ratusan.

Siapa yang menanam pohon mangga itu di rumah?

Kebetulan saya sendiri. Saya dulu kalau di rumah dijuluki “Menteri Pertanian”. Ha..ha.. karena saya memang menyukai tanaman. Kami dari tujuh bersaudara, ada lima orang perempuan, dulu di rumah orang tua, kami mendapat julukan masing-masing. Ada yang dijuluki Menteri Pertanian, Menteri Perairan dan lain-lain, ha..ha..

Apa tanaman favorit Ibu?

Saya suka sekali anggrek. Meski bunga itu tidak wangi tapi bentuknya bagus. Tapi tentu saja, saya sekarang dibantu oleh tukang kebun. Di waktu luang saya, di Cikeas, saya melakukan hobi saya, mendukir (mengorek dengan cangkul kecil) tanah, menyiangi dan menyiram tanaman. Asyik sekali sampai mengeluarkan keringat. Hal itu bisa menurunkan tensi, bisa membuat kita menjadi rileks. Kalau saya mendapat kiriman tanaman misalnya anggrek, langsung saya pelihara atau ditempelkan ke pohon.

Bagaimana pendapat Ibu mengenai jenis tanaman baru saat ini misalnya Bunga Gelombang Cinta?

Saya suka bunga tapi tidak yang harganya juta-juta seperti itulah. Ha..ha.. Pernah ada yang sms ke saya menawarkan Bunga Anthurium, dia bilang namanya Bunga Gelombang Cinta. Kalau ibu mau, saya akan kirim untuk saya perlihatkan, harganya Rp. 70 juta. Lalu saya balas, saya memang hobi dengan tanaman, tapi rasanya tidak perlu yang harganya jutaan seperti itu. Saya memang menyukai sesuatu yang bagus, yang indah, tetapi tidak terlalu fanatik dengan harganya.

Nasihat apa yang sering diberikan kepada keluarga ketika merasa gemas melihat ada anggota keluarga yang dinilai kurang peduli dengan pelestarian lingkungan?

Saya gemas dan terganggu kalau melihat ada yang membuang sampah sembarangan, oleh karena itu saya menempatkan keranjang sampah yg cukup di sudut rumah, sehingga tidak ada alasan anak-anak membuang sampah sembarangan. Kadang-kadang saya miris melihat sampah dibiarkan berserakan setelah sebuah acara selesai. Kok bisa begitu ya? Tenangnya mereka habis makan dan minum dan membuang sisa-sisa makanannya di sembarang tempat. Yang saya lakukan, setiap kali makan permen atau kue , bungkusnya akan saya kantongi atau taruh di tas dan akan dibuang setelah menemukan tong sampah. Saya dan Bapak itu tak bisa melihat tempat-tempat yang kebersihannya kurang, air parit tidak mengalir. Itu hal yang bikin saya gemas.

Bukankah penyadaran kepada masyarakat seperti itu perlu waktu?

Ya, perlu waktu. Mendidik seseorang itu dimulai dari rumah. Kalau di luar rumah, sekolah memiliki peranan penting. Jadi, guru-guru di sekolah juga harus mengajarkan kebersihan kepada murid-muridnya. Yang masih menjadi keprihatinan saya adalah masih banyaknya gedung-gedung sekolah yang belum memadai.

Seperti contoh, bapak dan saya pernah melakukan kunjungan mendadak ke sebuah sekolah di sekitar Cikeas. Kami menanyakan mana kamar kecilnya, tempat sampahnya? Ternyata tidak ada, anak-anak biasanya akan buang air kecil di halaman sekolah, sedangkan untuk keperluan air besar, mereka akan pulang ke rumah masing-masing. Akhirnya, berangkat dari keprihatinan itu, gaji ke-13 Bapak Presiden saya salurkan untuk membantu membangunkan kamar kecil dan melengkapi fasilitas lain.

Pendidikan di rumah maupun di sekolah sangat menentukan.

Kembali ke program penanaman sejuta pohon, dapatkah digambarkan pelaksanaannya nanti seperti apa?

Setiap warga boleh memilih sendiri tempat untuk menanam pohon, boleh di halaman rumahnya sendiri. Jika tidak memiliki halaman yang cukup, maka mereka bisa menghubungi pemda setempat. Pemda akan mencarikan tempatnya, bisa saja di pinggir alun-alun, taman-taman kota atau lahan kritis lainnya. Penanaman juga harus dibarengi dengan pemeliharaannya.

Apakah nanti ada briefing khusus di setiap kota?

Informasi ini diberikan melalui kepala daerah. Sewaktu kunjungan kerja ke Bali dan Kalimantan Selatan lalu, saya juga menanyakan bagaimana kesiapan mereka, dan masing-masing menyatakan sudah siap. Saya berharap informasi ini dapat disebarluaskan juga oleh mereka secara formal maupun secara getok tular. Saya akan terus menghimbau lewat media massa seperti Koran, Radio, TV, Poster, Spanduk. Juga melalui organisasi Permpuan KOWANI, organisasi isteri TNI/Dharma Pertiwi, organisasi isteri polisi/ Bhayangkari, isteri Pegawai Negeri Republik Indonesia/ Dharma wanita Persatuan, PKK. Mereka punya jaringan ke bawah yang sangat kuat.

Apakah LSM juga ikut diajak dalam kegiatan ini?

Saya pikir APPB itu sudah mewakili LSM.

Setelah program-program pendukung acara Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim di Bali tersebut tercapai, apa program berikut yang sudah disiapkan?

Saya akan memantau dulu apa yang sudah dikerjakan. Setelah itu saya berharap hal-hal lain yang bisa kita lakukan bersama seperti: melakukan penghematan Bahan Bakar Minyak (BBM) dari fosil, dan mulai beralih menggunakan energi yang ramah lingkungan. Untuk ke depannya kita akan mensosialisasikan hal tersebut lebih sungguh-sungguh.

Terakhir. Kalau dihubungkan dengan program Mobil Pintar dan Rumah Pintar yang juga Ibu Negara prakarsai , apakah ada juga buku yang disiapkan tentang menanam pohon di mobil pintar dan rumah pintar?

Saya berharap kegiatan ini bersinergi dengan mobil pintar, motor pintar dan rumah pintar dimanapun berada. Informasi mengenai pentingnya memelihara lingkungan akan ditempatkan di situ, jadi anak-anak dan masyarakat bisa membaca dan belajar.

(sumber >> www.jurnalnasional.com)

Leave a Reply