Rania Tasya Ifadha, Usia 15 Tahun Masuk Kedokteran

Rania-Tasya-Ifadha-FK-Unair
UNAIR NEWS – Rania Tasya Ifadha, atau yang lebih akrab disapa Iren, menjadi sosok yang istimewa di antara kawan-kawannya yang diterima di Fakultas Kedokteran (FK), Universitas Airlangga. Lulusan SMAN 3 Semarang yang lahir pada 17 Februari 2001 ini, menjadi calon mahasiswa termuda FK UNAIR melalui jalur SNMPTN 2016, dengan usia 15 tahun.
“Mulai usia 2 tahun, saya sudah disekolahkan di PAUD. Usia 3 tahun saya masuk TK selama 2 tahun. Usia 5 tahun saya sudah masuk SD dan lulus pada usia 11 tahun,” ujar Iren bercerita tentang pendidikannya sejak PAUD hingga SD.
Iren mengatakan bahwa pada saat menempuh pendidikan di bangku SMP dan SMA, ia mengambil program percepatan atau akselerasi, sehingga di usia 15 tahun ia sudah lulus SMA. Iren yang diterima pada program studi Pendidikan Dokter UNAIR mengatakan bahwa ia memang memiliki cita-cita menjadi seorang dokter. Ditanya mengenai manajemen waktunya ketika belajar, ia mengaku harus pandai mengatur waktu  antara belajar dan istirahat.
“Pada intinya saya menempatkan porsi waktu untuk belajar dan istirahat sesuai dengan yang saya butuhkan. Jika waktunya belajar, semaksimal mungkin saya manfaatkan untuk itu. Jika waktunya istirahat, ya, benar-benar untuk refreshing. Sehingga ketika kembali belajar bisa fokus kembali,” kata anak pertama dari dua bersaudara ini.
Iren menekankan bahwa yang paling penting dalam setiap proses yang ia lalui adalah dorongan dari diri sendiri untuk meraih cita-cita yang sudah diinginkan sejak kecil. Sampai saat ini, ia tetap mengikuti bimbingan belajar meskipun ia telah diterima di FK UNAIR.
“Saya masih les di bimbingan belajar. Karena dulu sebelum Ujian Nasional sudah mendaftar. Alhamdulillah, ternyata saya lolos SNMPTN. Ini hanya untuk mengisi waktu luang saja,” ujar Iren.
Putri dari pasangan Suhartini dan Hasanudin ini aktif mengikuti ekstrakurikuler Forum Diskusi dan English Club semasa SMA. Suhartini, sang ibu, mengaku sangat mendukung Iren sehingga bisa mengantarkan putrinya hingga menempuh studi di perguruan tinggi, dengan waktu yang relatif cepat.
“Ayahnya adalah pelaut. Kalau cuti mengajar di kampus Akademi Maritim Nasional Indonesia (AMNI). Kami mendukung dengan memfasilitasi kebutuhan sekolahnya, mendukung cita-citanya menjadi dokter karena ingin membantu sesama dan berjiwa sosial,” kata Suhartini yang bekerja sebagai perias pengantin. :: UNAIR NEWS/Binti Q. Masruroh + Nuri Hermawan/17Mei2016