Usaha Kriya Drg Andang Disukseskan Tim Crafter Difabel

DrgMadya-binaswadayaBINASWADAYA – Dengan background dokter gigi, drg. Madya Putri Andang Wahyuni memberanikan diri terjun ke dunia crafting (kriya) setelah berulang kali mengalami kegagalan dalam usaha. Sejak 2011 dia fokus dengan crafting menggunakan goni. Sebelumnya dengan perca dan bahan-bahan lain. Dengan kegiatan yang dibantu oleh kedua anaknya dan beberapa pekerja itu ia berhasil meraih juara crafting se-DKI.

Saat meraih gelar juara, Ibu Andang sebenarnya masih tergolong junior bila dibandingkan dengan para crafter lainnya karena usahanya belum berumur genap 3 tahun. Ia juga termasuk pendatang baru di Jakarta, baru 6 tahun berusaha namun sudah membawa keberuntungan bagi Ibukota Jakarta. Ibu Andang berasal dari Surabaya sebagai seorang dokter gigi kemudian pindah ke Jakarta. Memulai usahanya dari nol kecil hingga seperti sekarang.

Usaha kriya Ibu Andang berawal dari keadaan keterbatasan fisik anaknya, yang bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB). Saat itu ia merenung, ke mana akhirnya anak-anak ini, apa masa depan mereka? Mungkin dirumahkan dan terbelenggukan wawasan pengetahuan mereka. Ia pun bertekad hati memberikan tenaga dan knowledge super ekstra, meninggalkan profesi, demi membantu anak-anak difabel.

Sejak itulah ia merintis usaha kriya dengan mengajak anak-anaknya dan beberapa tenaga difabel dari sekolah puteranya. Ibu Andang dengan polos mengakui bahwa ternyata dirinya tidaklah seterampil anak-anak asuhnya. Justru ia merasa mereka lebih unggul dari dirinya karena mereka lebih peka dan lebih apik dalam mengubah barang-barang bekas menjadi karya seni. Apalah artinya barang yang sudah dibuang? Apa istimewanya kain goni? Namun di tangan mereka, semua itu menjadi karya kreatif yang indah.

Menambah Nilai Kain Goni dan Perca

Dengan bermodal awal Rp 5 juta, dia mengubah sampah menjadi karya-karya tangan yang mempunyai nilai jual — tas jinjing wanita, penutup galon air, taplak meja dan banyak lagi karya lain yang kesemuanya terbuat dari kain goni. Kerajinan tangan yang sangat ramah lingkungan.

Ibu Andang  lahir di Jember pada 15 Oktober 1963. Kini ia tinggal di bilangan Tanjung Barat Selatan, Jakarta Selatan, di sebuah townhouse yang juga menjadi tempat usaha sekalian workshop usaha kriyanya. Kegiatan usahanya dibantu oleh kedua orang anaknya dan lima orang karyawan tunawicara/tunarunggu sehingga dalam berkomunikasi digunakan bahasa sandi. Kelima karyawannya itu lulus dari SLB Negeri 02 Lenteng Agung, Jakarta, dan telah menjalani pelatihan membuat kriya khusus dari material goni serta kain perca.

Setelah pindah ke Jakarta dari Surabaya, suami Ibu Andang meninggal dunia karena menderita kanker. Sewaktu di Kota Buaya itu, pasangan suami-isteri ini menjalankan usaha bersama memproduksi chicken nugget yang ramah lingkungan dan kesehatan. Sebagai orangtua tunggal, Ibu Andang membiayai anak pertama, seorang puteri, yang kuliah di jurusan perhotelan dan adiknya, seorang putera, yang bersekolah di SLB Negeri 02 Lenteng Agung. 

 

Anak-anak Pembawa Inspirasi

Ibu Andang mengatakan bahwa ide merintis usaha kriya terilhami oleh pengamatan anak-anaknya ketika berlibur di Jawa Timur. Mereka melihat karung-karung goni dibiarkan menumpuk begitu saja di perkebunan kopi dan berseru, “Mah, lihat, Mah…karung-karung itu bisa dipakai sebagai bahan kerajinan tangan, ya?”

Siswa SLBN 02 Lenteng Agung, Jakarta | foto > FB  Diah Astrid Febriana
Siswa SLBN 02 Lenteng Agung, Jakarta | foto > FB Diah Astrid Febriana

Ia mengakui bahwa adalah anak-anak yang dekat dengan dunia bermain dan mereka juga yang paling paham mainan seperti apa yang berguna untuk belajar di sekolah. Menyadari itu, Ibu Andang pun membaca beberapa buku tentang seni kriya (crafting). Saat ia sedang bersemangat mempelajari seni kriya, para siswa SLB tempat puteranya bersekolah mengadakan kunjungan studi Wisata Agro Sapi Perah Saung Istana Susu Cibugary, di Jakarta Timur. Ibu Andang sekonyong-konyong mendapat ide untuk membuat aneka kriya yang berhubungan dengan sosok sapi.

Kriya serba sapi menjadi awal usahanya. Lahirlah desain sapi dalam bentuk boneka kecil, kepala pensil/ballpoint, tempat tissue, dan sebagainya. Ibu Andang merekrut siswa-siswa lulusan SLB Negeri 02 Lenteng Agung yang berprestasi dan mampu dilatih sebagai pekerja kriya yang andal.

 

Ibu-Ibu PKK Pengipas Semangat

Ibu-ibu PKK di lingkungan RW 01 tempat tinggalnya begitu kagum akan kriya kreasi Ibu Andang dan mengangkatnya menjadi ketua kelompok kerajinan, yang diberi nama Pokpel Regi’s. Melalui kelompok kerajinan PKK RW 01 ini Ibu Andang mengikuti pelatihan wirausaha dengan pihak pengelola sapi perah Cibugary, pelatihan manajemen usaha, KUR dan HAKI, pelatihan kemasan, pelatihan packing & labeling serta pelatihan peningkatan produktivitas tenaga kerja. Semangatnya untuk terus belajar terus berkobar berkat dukungan tulus ibu-ibu PKK di RW-nya.

Drg-Madya-P-Andang_trubuskusalaKeuletan dan kreativitas Ibu Andang terdengar sampai tingkat kelurahan, kecamatan, walikota hingga provinsi. Ia pun diperhitungkan untuk turutserta mengatasnamakan DKI Jakarta di ajang-ajang pameran nasional maupun internasional (Belanda, Persatuan Emirat Arab, China dan lainnya). Pada suatu lomba tingkat provinsi, kelompok kriya Ibu Andang terpilih untuk mewakili DKI Jakarta dengan tema “Betawi”. 

Alat mesin yang ia miliki tidaklah memadai jika pesanan bertumpuk. Karena hanya memiliki satu mesin jahit khusus kain tebal, Ibu Andang bermitra dengan para penjahit lulusan SLB Negeri 02 Lenteng Agung dan SLB Santi Rama Cilandak untuk menyelesaikan pekerjaan jumlah besar. 

Dalam hal pasokan kain goni, pada awalnya Ibu Andang menghadapi kendala kondisi karung goni bekas yang sangat kotor dan belum terolah. Perlu waktu lama untuk cuci berulangkali sampai layak pakai. Namun kemudian ia berhasil bekerjasama dengan produsen gula pasir “Gulaku” untuk bisa memperoleh karung goni bekas yang bersih, yang hanya butuh sekali cuci dan setrika. Sedangkan kain perca tidak sulit diperoleh berkat imbauan Pak Camat setempat kepada para penjahit di wilayah sekitar untuk menyalurkan potongan kain bekas ke Ibu Andang. Jika perlu kain meteran yang panjang, misalnya selendang atau kain batik motif tertentu, Ibu Andang mencari kaincita “BS” (bahan sortiran), atau umum disebut “barang reject”, yang dihargai murah. :: BINASWADAYA/23okt2013

Diedit dari: Drg Madya Putri Andang Wahyuni | binaswadaya.org

Leave a Reply